Rabu, 12 Maret 2008

Manusia, Bahasa dan Al Qur'an #2: Aha Eureka! Al Qur'an Mukjizat yang Humanis


Kekudusan Allah dalam kalimah thoyyibah la ilah illah terus dihjaga oleh Allah lewat para Nabi dan Rasul-Nya dengan bantuan khusus berupa mukjizat. Mukjizat ini selain sebagai penegas kenabian atau kerasulan mereka juga sebagai alat untuk melemahkan ketidak-berimanan manusia agar manusia beriman kepada Allah dan utusan-Nya.
nabi Musa dengan mukjizat berupa tongkat dengan beragam kegunaan, nabi Isa dengan kemampuan menyembuhkan orang buta dan menghidupkan orang mati, Nabi Ibrahim dengan perlindungan Allah dari kobaran api dan Nabi Muhammad berupa Al Qur'an.

Jika kita mempelajari sejarah para Nabi maka dapat kita katakan semua mukjizat yang sudah diberikan oleh Allah tidak dapat kita temui lagi pada hari ini kecuali Al Qur'an. Dan Allah ternyata memberi kepada manusia di seluruh dunia ini sebuah mukjizat yang begitu dekat dengan fitrah manusia itu sendiri, bahasa.

Diawali dengan ayat pertama yang turun, kata iqro'yang berarti bacalah(96:1) diturunkan pada masa moral benar-benar di bawah titik nadir. Dengan kata 'baca' Allah ingin agar manusia membaca dirinya melalui apa yang ada disekitarnya dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia cerdas dan tidak hina seperti hewan yang tidak mampu membaca.

Dalam dunia fauna, memang ada hewan yang dapat berbicara seperti burung beo, nuri dan kakaktua. Hewan-hewan ini dilatih untuk mengoceh atau mengulangi kata atau kalimat yang diajarkan oleh pemiliknya. Tetapi menurut Chomsky (1970) kemampuan ini bukanlah kemampuan berbahasa.

Menurut beliau dalam bukunya Current Issues in Linguistic Theory, kemampuan berbahasa adalah membuat kalimat baru, baik yang sudah ada dengan merubah struktur kalimatnya, atau benar-benar membuat kalimat baru yang pelum pernah ia pelajari sebelumnya dan ia sekaigus memahami arti dari kalimat tersebut. Kemampuan ini hanya dapat ditemui pada manusia. Dan kemampuan burung dapat 'berbicara' bukanlah kemampuan berbahasa melainkan kemampuan untuk diajar untuk meniru berbicara. Dan hingga hari ini tidak ada berita yang menghebohkan ada hewan yang dapat memahami apa maksud dari sebuah tulisan atau paling tidak dapat mengucapkannya seperti apa yang manusia ucapkan dari tulisan tersebut meski hewan tersebut dilatih secara intensif oleh ahli bahasa sekalipun.

Manusia memang memiliki kemampuan bahasa karena ia memiliki LAD (lihat pada artikel pertama di blog ini) dan karena kemampuannya ini Allah menegaskan apabila manusia tidak menggunakan kemampuan ini maka derajatnya turun menjadi seperti binatang bahkan lebih rendah. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan binatang tidak memiliki LAD sementara manusia memiliki LAD. Untuk lebih jelasnya silakan buka Al Qur'an 7:179.

Membaca adalah bagia dari empat kemampuan berbahasa dalam diri manusia. Dan membaca lebih tinggi tingkatannya daripada berbicara. Dan membaca adalah kemampuan ketiga yang mana pertama adalh menyimak, kedua berbicara dan yang keempat adalah menulis. Adapun ada orang yang tidak dapat membaca bukan berarti ia tidak memiliki LAD tetapi hanyalah masalah kesempatan untuk belajar membaca. Dan Nabi Muhammad termasuk dalam kategori ini.

Beliau tidak sempat belajar membaca dan juga menulis. Justru dengan tidak dapat membaca dan menulis ini merupakan bentuk keistimewaan dan kehormatan serta kesempurnaan beliau sebagai Nabi dengan mukjizat Al Qur'an yang nota bene berbentuk bahasa.

Dapat Anda bayangkan jika Nabi dapat membaca dan menulis maka banyak yang meragukan keabsahan Al Qur'an sebagai firman Allah. Jelas akan banyak mengklaim bahwa Al Qur'an merupakan karya Nabi Muhammad. Dan bukan rahasia lagi bahwa kaum Quraish cakap dalam membuat untaian kalimat-kalimat yang puitis dengan nilai sastra yang tinggi. Tetapi Nabi Muhammad, berkat stratagi jitu Allah yang membiarkan Nabi-Nya buta huruf atau istilah dalam linguistik illiterate , maka beliau tidak pernah sama sekali bersentuhan dalam hal baca-tulis sayir-syair. Dan keadaan illiterate ini jelas merupakan blessing in disguise. Oleh karenanya, apa yang Allah berikan kepada kita meski itu menurut perhitungan kita adalah sebuah kelemahan bolh jadi itu merupakan kelebihan di sisi Allah sebagaimana yang terjadi pada Nabi Muhammad.

Al Qur'an sebuah mukjizat berbentuk bahasa jelas memberi peasn kepada manusia untuk melihat dirinya kembali agar menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang memiliki kemampuan membaca naskah suci Al Qur'an dan naskah alam semesta untuk diterjemahkan, dipikirkan, diresapi, dan selanjutnya dijadikan jalan petunjuk untuk menjadi khalifah sebagaimana yang Allah inginkan. Khalifah di muka bumi yang menjunjung tinggi kekudusan Allah: tiada Tuhan selain Allah.

Demikianlah bahasan Al qur'an sebagai mukjizat berupa bahasa yang humanis. Bahasa identik dengan manusia dan Al Qur'an berupa bahasa yang merupakan petunjuk bagi manusia agar alam dan seisinya dikelolah untuk megkuduskan Allah.
Bagaimana pendapat Anda?

Tidak ada komentar: