Senin, 31 Maret 2008

Aha Eureka! Yahudi: Berawal di Mesir Berakhir di Palestina (1)


Bab I: Flash Back

Artikel ini dimulai dari sebuah kisah Nabi yang menjadi pengikat tiga agama besar di dunia saat ini: Nabi Ibrahim.

Membicarakan Yahudi adalah terasa kurang bila tidak membicarakan terlebih dahulu Nabi mulia ini.

Sejarawan banyak yang sepakat bahwa Nabi Ibrahim lahir di tanah yang kini penuh dengan kekakacauan, Irak tepatnya di kota Ur, Kaldan di bagian selatan Irak. Ur terletak di pinggiran sungai Eufrat yang terkenal itu.

Ada sebagian lagi mengatakan beliau lahir di kota Kutsa, selatan Irak. Sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, kota ini juga masih menyimpan puing-puing reruntuhan akan pengorbanan Nabi Ibrahim ke dewa-dewa atas perbuatan beliau yang menghancurkan patung. Puing-puing reruntuhan ini masih tersisa hingga sekarang dan diberi nama Tel Ibrahim.

Saat Nabi Ibrahim hidup, yang memegang kekuasaan adalah raja Namrud bin Kana’an bin Kusyi.

Singkat kata, setelah beliau selamat dari kobaran api besar yang dijadikan sebagai “penebusan dosa” untuk para dewa, Nabi Ibrahim pun hijrah. Hal ini disebabkan selama ini kaumnya tidak pernah menghiraukan dakwah beliau.

Beliau hijrah merupakan sebuah keniscayaan dari sejarah para nabi. Pada masa selanjutnya, Nabi Yakub, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad semuanya pernah berhijrah.
Nabi Ibrahim hijrah ke tanah Syam (Suriah sekarang) dan tinggal di Haran, sebelah utara Syam. Tetapi di sini para penduduknya juga tidak menghiraukan dakwah beliau. Beliau pun berhijrah ke tanah Kana’an (Palestina). Di tanah Kan’aan ini beliau mendakwakan tauhid bahwa hanya Allah semata yang patut disembah.

Suatu saat tanah Kana’an mengalami masa kekeringan dan paceklik. Nabi Ibrahim pun bersama istrinya, Sarah pergi menuju Mesir. Pada saat itu Mesir sudah maju dan makmur di bawah kekuasaan raja (Fir’aun) Sanusart II dan Sanusart III. Wilayah kekuasaan Fir’aun pada saat itu membentang hingga Syam (suriah).


peta Mesir kuno

Selama di Mesir inilah Nabi Ibrahim mendapatkan istri keduanya yang bernama Hajar, yang menurut beberapa riwayat adalah seorang budak dari Fir’aun tetapi ada juga yang mengatakan Hajar adalah anak kandung Fir’aun dari rahim selirnya. Mana yang benar antara kedua riwayat ini bukan itu yang menjadi perdebatan. Inti sejarahnya adalah dari kedua rahim istri nabi Ibrahim inilah dunia saat ini menjadi sebuah wacana pertempuran tiga ideology besar, Yahudi Nasrani dan Islam.

Selanjutnya, Nabi Ibrahim kembali lagi ke Kan’an (Palestina) dan singgah di Hebron. Di tanah Kana’an ini beliau sempat mengunjungi bebarapa tempat seperti Beersheba, AL Quds, el Khali dan tempat lainnya.

Dari istri kedua beliau, Hajar, Nabi Ibrahim mendapatkan keturunan Ismail dan dari istri pertama, Sarah, beliau mendapatkan keturunan Ishak, yang kedua-duanya kelak menjadi seorang nabi pula. Kemudian Nabi Ishak mendapatkan putra bernama Yakub yang mempunyai nama julukan Israel.

Untuk nama Israel ini, di dalam Al Qur’an hanya disebutkan sekali saja untuk merujuk ke Nabi Yakub yaitu di surat 3 ayat 93. Silakan Anda mengecek ayat tersebut.

Nabi Yakub dilahirkan di Palestina pada abad kedelapan sebelum Masehi, atau kira-kira pada tahun 1750 sebelum Masehi. Menurut riwayat beliau hijrah ke tanah Haran. Di tanah baru ini beliau menikah dan dikarunia dua belas putra: Simeon (Samson), Reuben, Levy, Judah, Issachar, Zebulun, Dan, Naphtali, Gad dan Asher. Sedangkan putra terakhir beliau Benyamin, dilahirkan di tanah Kana’an (Palestina), setelah Nabi Yakub kembali bersama anak-anaknya ke Sa’ir, dekat el Khalil (Hebron).

Yakub dan keluarganya selanjutnya hijrah ke Mesir seperti kejadian yang dialami oleh Nabi Ibrahim, masa paceklik. Selanjutnya di Mesir inilah Al Qur’an mengisahkan bagaimana kehidupan Nabi Yusuf dalam surat Yusuf.

Dan atas kebaikan Nabi Yusuf inilah anak-anak nabi Yakub dan semua keturunannya hidup dengan tenang. Dan inilah babak awal dari masa Bani Israel. Hal ini dikatakan demikian karena semua keturunan Nabi Yakub disebut Bani Israel.
Sejarah Bani Israel pun dimulai dari Mesir. Dan Sejarah besar pun mulai terukir di tanah ini hingga nanti ke Palestina.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Mesir-Palestina merupakan dua tanah sejarah semenjak Nabi Ibrahim hingga sekarang.

Dan judul artikel ini adalah tepat karena dari Mesirlah awal sejarah besar terukir dan di Palestinalah akhir sejarah akan diukir.

Sysru pernah berkata tentang Athena, “ketika kita menjejakkan kaki kita di sini, maka kita tengah berjalan di atas sejarah.”

Kalimat Sysru di atas tepat juga untuk dilabelkan ke artikel ini: tanah Mesir-Palestina, adalah dua tanah yang akan menjadi sejarah akan berawal sejarah Bani Israel dan berakhirnya Yahudi.

Bab II : Bani Israel di Mesir

Para sejarawan berpendapat ketika nabi Yakub dan semua keluarganya hijrah ke Mesir, Mesir saat itu di bawah pemerintahan dinasti Hyksos pada abad kesembilan belas sebelum Masehi (1878-1580).

Hyksos adalah bangsa penggembala asal Asia yang hijrah ke Mesir. Kisah klasik suatu bangsa pindah adalah masa paceklik. Bangsa ini berhasil memanfaatkan kelemahan penguasa Mesir pada saat itu dan membentuk empat dinasti penguasa Mesir selanjutnya.

Selama masa dinasti Hyksos, Bani Israel hidup dalam keadaan aman dan makmur. Singkat kata, Ahmes berhasil mengalahkan dinasti Hyksos pada abad keenam belas dan mengusir mereka. Maka Mesir kembali di bawah pemerintahan bangsa asli Mesir dan membentuk dinasti XVIII.

Dinasti penguasa Mesir baru ini melihat bahwa Bani Israel lebih berpihak ke Hyksos dari pada ke mereka, maka dinasti ini pun mulai merasa resah akan keberadaan Bani Israel di Mesir.

Sebagai bahan tambahan saling berganti masa penguasa tanah Mesir berikut penulis sajikan kepada Anda silsilah masa kekuasaan Mesir.




Periode sebelum masa dinasti 3500-3100 sebelum Masehi

Periode dinasti awal 3100-2686 sebelum Masehi

'Scorpion'

Dinasti pertama c.3100-2890 sebelum Masehi

Narmer
Menes (Hor-Aha)
Djer
Wadj (Djet)
Den
Anendjib
Semerkhet
Qa'a

Dinasti kedua c.2890-2686 Sebelum Masehi
Hotepsekhemwy
Raneb
Nynetjer
Seth-Peribsen
Khasekhemwy


Kerajaan Tua c.2686-2181 Sebelum Masehi
Dinasti ketiga c.2686-2613 sebelum Masehi
Sanakhte (Nebka) (c.2688-2668)
Djoser (c.2668-2649)
Sekhemkhet (Djoser Teti) (c.2649-2641)
Khaba (c.2641-2637)
Huni (c.2637-2613)

Dinasti keempat c.2613-2494 sebelum Masehi
Snofru (c.2613-2589)
Khufu (Cheops) (c.2585-2566)
Djedefre (c.2566-2558)
Khafre (Rekhaf) (c.2558-2532)
Menkaure (Mykerinos) (c.2532-2514)
Shepseskaf (c.2514-2494)

Dinasti V c.2494-2345 sebelum Masehi
Userkaf (c.2494-2487)
Sahure (c.2487-2475)
Neferirkare Userkhau (c.2475-2455)
Shepseskare (c.2455-2448)
Raneferef (c.2448-2445)
Niuserre (c.2445-2421)
Menkauhor (c.2421-2413)
Djedkare (c.2413-2381)
Unas (Wenis) (c.2381-2345)

Dinasti VI c.2345-2181 sebelum Masehi
Teti (c.2345-2313)
Pepi I Meryre (c.2313-2279)
Merenre (c.2279-2270)
Pepi II Neferkare (c.2279-2181)

Periode pertengahan awal c.2181-2040 sebelum Masehi


Dinasti VII / VIII c.2181-2173 sebelum Masehi
Wadjkare Qakare Iby


Dinasti IX /X c.2160-2040 sebelum Masehi
Meryibre Kheti (Akhtoy) I
Merykare
Kanrferre
Nebkaure Kheti (Akhtoy) II
Wahkare Kheti (Akhtoy) III
Merikare 11th Dynasty c.2133-1991 sebelum Masehi
Intef I (Inyotef I) Sehertawy (c.2133-2123)
Intef II (Inyotef II) Wahankh (c.2123-2074)
Intef III (Inyotef III) Nakhtnebtepnefer (c.2074-2066)
Mentuhotep I ? (c.2066-2040)


Kerajaan masa pertengahan c.2040-1786 sebelum Masehi

Dinasti XI
Mentuhotep II Nebhepetre (c.2040-2010)
Mentuhotep III Sankhkare (c.2010-1998)
Mentuhotep IV Nebtawyre (c.1998-1991)

Dinasti XII c.1991-1786 sebelum Masehi
Amenemhet I Sehetepibre (c.1991-1962)
Senusret I Kheperkare(c.1962-1917)
Amenemhet II Nubkaure (c.1917-1882)
Senusret II Khakhperre (c.1882-1878)
Senusret III Khakaure (c.1878-1841)
Amenemhet III Nimaatre (c.1841-1796)
Amenemhet IV Maakherure (c.1796-1790)
Queen Sobeknerfu Neferusobek (c.1790-1786)


Periode pertengahan kedua c.1786-1567 sebelum Masehi
Dinasti XII (kira-kira ada 70 raja) c.1786-1633 sebelum Masehi

Wegaf Khawitawire (c.1783 - 1779)
Amenemhet V Sekhemkare
Harnedjheriotef Hetepibre
Sobekhotep I Khaankhre (ca.1750)
Hor
Amenemhet VII Sedjefakare
Sobekhotep II Sekhemre-Khutawy (ca.1745)
Khendjer
Sobekhotep III
Neferhotep I Khasekhemre (c.1723-1713)
Sobekhotep IV Merihotepre Khaneferre (c.1713)
Iaib (c.1713-1703)
Ay Merneferre (c.1703-1680)
Neferhotep II
dan lebih dari delapan raja pada dinasti XIV c.1786-1603 sebelum Masehi

Nehesy dinasti XV c.1674-1567 sebelum Masehi

Hyksos kings
Sheshi (Salitis?)
Yakubber (Bnon?)
Khyan (Apachnan)
Apepi I (Apophis)
Apepi II (Khamudi?) (c.1542-1532)

Dinasti XVI c.1684-1567 sebelum Masehi Raja-raja Hyksos

Anather
Yakobaam ?
Dinasti XVII c.1650-1567 sebelum Masehi
Sobekemsaf I
Sekhemre Wadjkhau
Sobekemsaf II
Intef VII
Tao I Seakhtenre
Tao II Sekenenre
Kamose Wadjkheperre


patung raja-raja (Firaun) Mesir

Kerajaan Baru c.1570-1070 sebelum Masehi


Dinasti XVIII c.1570-1293 sebelum Masehi

Ahmose I Nebpehtyre (c.1570-1546)
Amenhotep I Djeserkare (c.1546-1527)
Thutmose I Akheperkare (c.1527-1515)
Thutmose II Akheperenre (c.1515-1498)
Queen Hatshepsut Maatkare (c.1498-1483)
Thutmose III Menkhepere (c.1504-1450)
Amenhotep II Akheperure (c.1450-1412)
Thutmose IV Men-khepru-Re (1412-1402)
Amenhotep III Nebmaatre (c.1402-1364)
Amenhotep IV/Akhenaten Neferkheperure (c.1350-1334)
Smenkhkare Ankhheperure (c.1334)
Tutankhamen Nebkheperoure (c.1334-1325)
Ay Kheperkheperure (c.1325-1321)
Horemheb Djeserkheperure (c.1321-1293)

Dinasti XIX c.1293-1185 sebelum Masehi

Ramses I Menpehtyre (c.1293-1291)
Seti I Merienptah Menmaatre (c.1291-1278)
Ramses II Meriamen Usermaatre Setepenre (c.1279-1212)
Merneptah Hetephermaat Baenre Meriamen (c.1212-1202)
Amenmes Heqawaset Menmire Setepenre (c.1202-1199)
Seti II Merenptah Userkheperure Setepenre (c.1199-1193)
Merneptah Siptah Sekhaenre/Akhenre (c.1193-1187)
Queen Twosret Setepenmut Sitre Meriamen (c.1187-1185)


Dinasti XX c.1185-1070 sebelum Masehi

Sethnakhte Userkhaure Setepenre (c.1185-1182)
Ramses III Usermaatre Meriamen (c.1182-1151)
Ramses IV Usermaatre/Heqamaatre-Setepenamen (c.1151-1145)
Ramses V Usermaatre Sekheperenre (c.1145-1141)
Ramses VI Nebmaatre Meriamen (c.1141-1133)
Ramses VII Usermaatre Setepenre Meriamen (c.1133-1128)
Ramses VIII Usermaatre Akhenamen (c.1128-1126)
Ramses IX Neferkare Setepenre (c.1126-1108)
Ramses X Khepermaatre Setepenptah (c.1108-1098)
Ramses XI Menmaatre Setepenptah (c.1098-1070)

Periode pertengahan ketiga c.1070-664 sebelum Masehi
High Priests (Thebes)
Dinasti XXI sementara ada di Tanis

Herihor Siamun Hemnetjertepyenamun (c.1080-1074)
Piankh (c.1074-1070)
Pinedjem I Meriamen Khakheperre Setepenamun (c.1070-1032)
Masaherta (c.1054-1046)
Djedkhonsefankh (c.1046-1045)
Menkheperre (c.1045-992)
Smendes II (c.992-990)
Pinedjem II (c.990-969)
Psusennes (c.969-959)

Dinasti XXI
Tanite c.1070-945 sebelum Masehi

Nesbanebded Hedjkheperre Setepenre (Smendes I) (c.1070-1043)
Nephercheres (Neferkare-hekawise Amenemnisu Meramun (c.1043-1039)
Psusennes I Akheperre Setepenamun (c.1039-1000)
Amenemope Usimare Setepenamun (c.1000-991)
Osorkon the elder (Osochor) (c.991-985)
Psinaches (c.985-976)
Psusennes II Titkheprure (c.976-962)
Siamun Nutekheperre Setepenamun Siamun Meramun (c.962-945)

Dinasti XXII
Bubastite c.945-730 sebelum Masehi
Sheshonq I Hedjkheperre Setepenre (c.945-924)
Osorkon I Sekhemkheperre Setepenre (c.924–889)
Sheshonq II Hekakheperre Setepenre (ca. 890)
Takelot I Usimare (c.889–874)
Osorkon II Usimare Setepenamun (c.874–850)
Harsiese (ca. 865)
Takelot II Hedjkheperre Setepenre (c.850–825)
Sheshonq III Usimare Setepenamun (c.825–773)
Pamai (c.773–767)
Sheshonq V Akheperre (c.767–730)
Osorkon IV (c.730–712)

Dinasti XXIII
Tanite c.817-730 sebelum Masehi

Pedibastet Meriamen Usermaatre Setepenre(c.818–793)
Iuput I (ca. 800)
Sheshonq IV Usermaatre Meriamen (c.793–787)
Osorkon III Usermaatre Setepenamen (c.787–759)
Takelot III Usermaatre (c.764–757)
Rudamon Usermaatre Setepenamen (c.757–754)
Iuput II Meriamen sibastet Usermaatre (c.754–712)
Nimlot (ca. 740)
Peftjauabastet Nefer-ka-re (c.740–725)
Thutemhat (ca. 720)
Pedinemti (ca. 700)
Dinasti XXIV c.720-714 sebelum Masehi

Shepsesre Tefnakht (c.724-717)
Wahkare Bakenrenef (c.717-712)

Dinasti XXV 747-656 sebelum Masehi

Piye Usimare Sneferre (Piankhi) (747-716)
Shabaka Neferkare Wahibre (716-702)
Shebitku Djedkaure Menkheperre (702-689)
Taharka Khunefertemr (689-663)
Tanutamun Bakare (663-656)


Periode dinasti terakhir 664-332 sebelum Masehi
Dinasti XXVI 664-525 sebelum Masehi


Necho I (664-656)
Psammetic I Wahemibre Psamtek (656-609)
Necho II Wahemibre Neko (609-594)
Psammetic II Neferibre Psamtek (594-587)
Wahibre (Haaibre) (Apries) (587-569)
Ahmose II Khnemibre (Amasis) (569-526)
Psammetic III Ankhkaenre (526)

Dinasti XXVII 525-404 sebelum Masehi
Cambyses II (525-522)
Darius I (521-486)
Xerxes (486-465)
Artaxerxes I (465-424)
Darius II (423-405)
Artaxerxes II (405-359)

Dinasti XXVIII 404-399 sebelum Masehi
Amenirdis (Amyrtaeus) (404-399)

Dinasti XXIX 399-380 sebelum Masehi
Nefaarud I (Nepherites I) (399-393)
Psammuthis Userre Setepenptah Pasherienmut (ca. 392)
Hakor Khnemmaere Setpenkhnum (Achoris) (392-380)
Nefaarud II (Nepherites II) (380)

Dinasti XXX 380-343 sebelum Masehi

Nakhtnebef Kheperkare (Nectanebo I) (380-362)
Djedhor (362-360)
Nekhtharehbe Snedjemibre Setpenanhur (Nectanebo II) (360-343)

Dinasti XXXI 343-332 sebelum Masehi
Artaxerxes III (343-338)
Arses (338-336)
Darius III (336-332)

Periode Romawi Kuno Raja-raja Masedonia

Alexander the Great (332-323)
Philip III Arrhidaeus (323-317)
Alexander IV Aegus (317-311)

Dinasti Ptolemaik 323-30 sebelum Masehi
Ptolemy I Soter (305-282)
Ptolemy II Philadelphus (284-246)
Arsinoe II (278-270)
Ptolemy III Euergetes I (246-222)
Bernice II (246-221)
Ptolemy IV Philopator (222-205)
Ptolemy V Epiphanes (205-180)
Harwennefer (205-199)
Ankhwennefer (199-186)
Cleopatra I (194-176)
Ptolemy VI Philometor (180-164)
Cleopatra II (175-115)
Ptolemy VII Neos Philopator (164-145)
Ptolemy VIII Euergetes II (145)
Cleopatra III (142-101)
Ptolemy IX Soter II (116-80)
Ptolemy X Alexander I (107-88)
Ptolemy XI Alexander II (80)
Ptolemy XII Neos Dionysos (80-51)
Queen Bernice IV (58-55)
Ptolemy XIII (51-47)
Queen Cleopatra VII (51-30)
Ptolemy XIV (47-44)
Ptolemy XV (44-30)


Kembali ke nasib Bani Israel, pada masa dinasti XIX berkuasa, tepatnya pada masa Ramses II, Bani Israel mengalami masa-masa yang paling sulit dalam kehidupan mereka.

Hal ini disebabkan pada masa sebelumnya, orang-orang Mesir mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam masa dinasti Hyksos dan juga semakin banyaknya populasi mereka hingga menjadi begitu dominan dalam masyarakat.

Dan ketika Ramses II berkuasa, Bani Israel dijadikan budak yang hina dengan hak-hak kehidupan yang begitu jauh dari orang-orang Mesir pada umumnya. Di samping alasan di atas, Bani Israel dijadikan budak karena maneuver-manuver mereka yang mencoba untuk mengkudeta dinasti XIX tersebut.

ilustrasi perbudakan terhadap Bani Israel



ilustrasi Bani Israel menjadi budak dan mendapatkan hukuman

Dalam keadaan tertekan inilah, tampillah putra terbaik dari Bani Israel yang kemudian dijadikan oleh Allah menjadi nabi sekaligus pembebas Bani Israel dari kehinaan, Nabi Musa.



Bagaimana nasib Bani Israel selanjutnya? Pastikan Anda terus mengikuti artikel ini karena artikel ini baru permulaan dan nantinya akan membahas freemasonry hingga menyinggung ke Da Vinci Code dan juga konspirasi Amerika Serikat, Uni Eropa, Vatikan dan isu terkini yang berkaitan dengan Islam dan umatnya.

Jadi ikuti terus saja artikel ini! Jangan sampai Anda telat mendapatkan informasi penting tersebut!

Senin, 24 Maret 2008

Aha Eureka!: Dahsyatnya Pesona Nabi #3

Jika Anda seorang manager dan sedang membutuhkan karyawan, kriteria apa yang akan Anda gunakan untuk menerima seseorang untuk menjadi karyawan perusahaan Anda?

Jika Anda berpedoman pada nilai-nilai di ijazah, tentu ini adalah suatu kriteria yang dapat dipertanggung-jawabkan. Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah: Cukupkah Anda berpedoman hanya pada sampai ijazah saja yang, boleh jadi,asli tapi palsu?

Apabila Anda merujuk ke Al Qur'an, ternyata pedoman yang disampaikan oleh Al Qur'an merupakan isu terkini. Seperti yang boleh jadi Anda telah ketahui, kualitas seorang karyawan tidak hanya pada nilai intelektual di ijazah (IQ), tetapi juga pada nilai-nilai emosional dan, ini yang terpenting, spiritual.

Pernakah Anda membaca cerita yang mengagumkan tentang singgasana Ratu Balqis yang 'dipinjam' oleh Nabi Sulaiman? Kisah dalam Al Qur'an ini ada satu plot: Bagaimana caranya agar singgasana Ratu Balqis itu dibawa ke istana Nabi Sulaiman dengan cepat dan tanpa diketahui oleh Ratu Balqis.

Seperti yang dikasahkan dalam surat An Naml:38-40, Nabi Sulaiman meminta saran dan sekaligus memberi satu kompetisi yang sehat kepada para "muspida"-nya yaitu siapa yang mampu membawa singgasana Ratu Balqis dengan cepat.

Dalam hal ini, Nabi Sulaiman mencontohkan sosok pemimpin yang bijak yaitu membiarkan anak-buahnya saling berkompetisi untuk mennujukkan kinerja mereka yang optimal. Sebuah contoh pemimpin yang baik dari diri seorang Nabi dan sekaligus seorang raja.

Kembali kepada soal singgasana ratu Balqis, ada yang menarik untuk kita bahas. Ketika kompetisi itu dibuka oleh Nabi Sulaiman, tamppillah ke depan salah satu dari bangsa jin, Ifrit. Dengan yakin dan mantap jin Ifrit berkata:
"Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum Engkau berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya." (QS 27:39)

Dari ayat di atas, penulis ingin menukil ayat tersebut yaitu: qawiyyun amiin, yang artinya aku kuat dan lagi dapat dipercaya.

Kata qawiyyun amiin inilah yang penulis maksud sebagai inti artikel ini. Dan yang menarik adalah kata tersebut juga menunjukkan sosok kualitas seseorang dalam melaksanakan tugas. Baiklah, kita lihat dalam ayat yang lain dengan cerita Nabi yang lain pula, Nabi Musa.

Kisah berawal ketika nabi Musa setelah membantu mengambil air dari sumur untuk anak permpuan Nai Syu'aib, beliau ditawar untuk menjadi menantu Nabi Syu'aib dengan mahar berupa menjadi penggembala kambing selama 8-10 tahun. Yang menarik adalah tawaran untuk menjadi menantu tersebut datang dari anak Nabi Syu'aib sendiri dengan kalimat terjemahannya sebagai berikut:
"Salah seorang dari kedua wanita tersebut berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang bapak ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (QS: 28;26)

Nah, yang menarik adalah ayat di atas dengan ayat ke-39 surat An Naml sama-sama menggunakan kata: Qawiyyun amiin.

Sampai di sini kita dapat menarik simpulan awal bahwa kriteria qawiyyun amiin merupakan kriteria yang telah disampaikan oleh Allah dalam dua kisah dari dua nabi yang berbeda ini merupakan dasar untuk kita untuk memilih orang yang dapat diandalkan.

Dari kedua ayat tadi ada kata amiin yang mana dalam bahasa Arab merupakan satu akar kata dengan kata iman dan amanah.

Kata amiin ini juga merupakan julukan Nabi Muhammad sebelum beliau menjadi Nabi. Beliau diakui sebagai al amiin yang dapat dipercaya jauh sebelum menjadi Nabi.Dan ternyata kaat amiin menjadi isu utama dalam dunia bisnis modern saat ini.


masih ingatkah Anda pada isu utama di 1998 ketika era presiden Soeharto tumbang? Ketika isu kepercayaan atau amiin merupakan isu sentral di segala segi kehidupan bagsa kita, terutama politik dan ekonomi.

Dapat kita bayangkan bagaimana gentingnya keadaan pada saat itu ketika kepercayaan dunia luar terhadap ekonomi kita dalam titik terendah seiring ambruknya bank dan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap tokoh politik Orde Baru.

Isu kepercayaan ini juga menjadi isu sentral terhadap kinerja seseorang dalam dunia kerja.

Baiklah penulis memberikan kepada Anda dua pilihan, yang manakah yang akan Anda pilih untuk menjadi karyawan Anda: Seorang yang memiliki segudang pengalaman dengan nilai dan gelar di ijazah yang begitu mengagumkan tetapi culas dan tidak jujur atau seseorang yang biasa-biasa saja tapi mau kerja keras dan jujur?

Tentu penulis sangat yakin yang akan Anda pilih adalah orang yang model kedua. Hal ini disebabkan kejujuran memberi Anda rasa aman atau ketenangan. Ingat juga kata aman adalah satu akar kata dengan kata amiin.

Iman, amiin, aamana, amaanah semua kata ini dalam bahasa Arab dalam satu akar kata. Apa maksud dari ini semua?

Orang beriman atau amana pastilah orang yang amiin jujur, karena ia memberikan rasa aaman ketenangan.

Dengan demikian bila ada orang yang mengaku beriman tapi tidak jujur atau tidak memberikan rasa ketrentaman/ketenangan maka keimanannya perlu ditinjau, sudahkak ia beriman secara baik atau belum.

Nah, pembaca budiman, jika Anda memiliki dua kriteria yang sama baiknya pada qawiyyun amiin dan Anda seorang manager personali maka orang yang manakah yang akan Anda pilih?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita ke ayat ke-40 surat An Naml yang terjemahannya sebagai berikut:
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala melihat singgasana itu, iapun berkata:"Ini termasuk kurni Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)> Dan barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS 27: 40)

Dari ayat di atas ternyata Allah memberi pelajaran pada kita bahwa sebagai sosok pemimpin yang bijak, Nabi Sulaiman memilih orang ini untuk membawa singgasana Ratu Baliqis karena ia memberi tawaran yang lebih 'menggiurkan' daripada jin Ifrit.

Kompetisi itupun dimenangkan oleh orang ini karena tanpa berkoar kalau ia qawiyyun amiin ia juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh jin Ifrit, Ilmu dari Al Kitab dan juga kinerja yang lebih baik, lebih cepat membawa singgasana. Cepat, tepat, berkualitas selain qawiyyun amiin dan jangan lupa ia ahli ibadah karena memiliki ilmu agama.

Maka jika Anda adalah seorang manager, maka kriteria-kriteria apa saja yang akan Anda pilih semua berpulang pada visi dan misi tempat usaha Anda. Tetapi jika Anda merujuk apa yang telah penulis sajikan kepada Anda maka kriteria qawiyyun amiin merupakan kriteria utama. qawiyyun berarti kualitas. Baik itu kualita pada kekuatan ilmu, skill, fisik (kesehatan) dan kualitas lainnya, dan amiin yang berarti jujur.

Intinya adalah kualiata (qawiyyun tidak hanya berbicara secara fisik tetapi juga ilmu secara duniawi dan ukhrawi. Dengan sendirinya kesetiaan dalam dunia kerja bukanlah hal utama. Kesetiaan atau loyalitas boleh jadi merupakan topeng sempurna untuk memnutupi kinerja seseorang dalam bekerja. Sebab kesetiaan yang berarti bertahun-tahun tetap bekerja pada satu perusahaan menjadi suatu yang tidak berguna apabila tidak diiringi dengan dua kriteria tadi: qawiyyun amiin, kualitas-jujur.

Kualitas-jujur adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tetapi jika dari dua hal itu yang paling memberi Anda rasa aman terhadap perusahaan Anda tentu kriteria amiin yang Anda pilih.

Bagaimana pendapat Anda?

Sabtu, 22 Maret 2008

Aha Eureka: Simbol ini berarti . . .#2

Pernah melihat simbol ini atau simbol ini

Nah, manakah yang merupakan simbol Nazi dan manakah simbol agama Hindu?

Ya, simbol ini terkenal dengan nama swastika. Baik Nazi maupun agama Hindu menggunakan simbol yang sama.

Swastika dipercaya sebagai sebuah simbol yang sangat tua kira-kira 3000 tahun yang lalu. Swastika,menurut teori dari Goblet d'Alviella, ahli semiotika, merupakan simbol dari matahari. Swastika telah digunakan lama sebelum kelahiran Nabi Isa di Iran, Chima, India, Jepang dan Eropa bagian Selatan. Akan tetapi, bangsa Sumeria dipercaya menggunakan simbol ini terlebih dahulu.

Di Cina pada masa dahulu mereka telah memiliki simbol
dengan nama wan. Adapun di Jepang simbol swastika digunakan sebagai simbol angka 10.000 yaitu angka terbesar.

Sementara di India, kata swastika dari bahasa Sanskrit su = good, dan asti = menjadi , dengan mendapatkan akhiran ka. Dan arah tangan swastikanya mengikuti arah jarum jam.

Swastika ini ternyata memiliki nama lain di tempat yang berbeda. Nama Hakenkreuz di gunakan di Jerman untuk para pangeran, fylfot di Inggris, crux gammata di negeri Latin dan tetraskelion atau gammadion di Yunani.

Bagaimanapun demikian, nama swastika tetap satu memiliki arti sentral yaitu kekuatan, energi dan migrasi.

Oleh karenanya, tidaklah mengherankan bila Nazi menggunakan simbol ini. Hitler ingin mengatakan kepada dunia bahwa ia memiliki kekuatan yang hebat dengan disimbolkan melalui swastika ini.

Ada dua model swastika, pertama model
dan model . Untuk model terakhir ini dipercaya memiliki makna lebih positif.

Meski demikian kedua-duanya memiliki arti tersendiri bagi yang menggunakannya, seperti Hitler yang menggunakannya untuk ambisi pribadi yang jahat.

Aha Eureka!: Film Dokumenter "Becoming Human"

Sebagai penentang teori Charles Darwin, penulis mengakui bahwa teori ini bagaimanapun jua tetap perlu dipelajari untuk menyerang balik para pemuja teori ini.

Sebagai bahan pengajaran, teori Darwin tetap perlu disampaikan dengan basis ideologi Islam. Artinya, teori ini tergantung siapa penyampainya. Bila ia berbasis Ideologi Islam yang baik maka teori ini menjadi senjata untuk menyerang balik ideologi atheisme di balik teori Darwin. Jika pemuja toeri ini maka bahaya racun ideologi teori ini akan meracuni siswa. Setelah hunting ke sana ke mari di berbagai situs, akhirnya Neo Revo, penulis blog ini, berhasil mendapatkan sebuah film sebagai bahan pengajaran siswa di kelas,baik tingkat SMA maupun mahasiswa.

Berikut situs yang dimaksud:

http://www.becominghuman.org



Anda dapat men-dowload-nya dengan mudah. Film ini menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. Maka siapkan selalu kamus di samping Anda jika Anda kurang mahir bahasa Inggris. Jika Anda sudah mahir dengan bahasa Inggris, maka film ini sangat layak Anda koleksi sebagai bahan belajar. Semoga bermanfaat bagi Anda, terutama pengunjung setia blog Neo Revo ini.

Neo Revo sadar Anda perlu mendapatkan sesuatu yang bermanfaat selama membuka blog ini. Dan harapan dari Neo Revo adalah Anda dapat ber-Aha Eureka dengan ideologi Islam tertanam kuat di hati Anda.

Selamat men-download dan menyaksikannya!

Dahsyatnya Pesona Nabi #2 (bag ke-2 dari tulisan pertama)

Demikian halnya dengan diri ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Beliau menghadapi semua cobaan dan fitnah secara ikhlas. Hasilnya? Secara pasti rezim Orde Baru runtuh serta rekayasa dan tekanan internasional pun tidak berhasil.

Atau ulama terkenal lainnya, seperti Buya Hamka dan Sayyid Quthub. Mereka berdua dapat menggetarkan musuh meski mereka ada di dalam penjara. Justru dalam penjara itulah mereka msing-masing menghasilkan karya fenomenal yaitu berupa tafsir Al Qur'an. Al Azhar milik Buya Hamka dan Fi Dzilallil Qur'an milik Sayyid Quthub.

Contoh lain dari dahsyatnya kekuatan ini adalah ayah dari Buya Hamka sendiri. Seperti yang ditulis oleh BUya Hamka dalam tafsirnya, ayah belia pernah dibawa oleh tentara Jepang ke markas mereka. Ketika sang jenderal masuk ke ruangan, semua yang ada di situ berdir lalu menghormati ala tradisi Jepang. Dengan tenang dn mantap pada keyakinan, ayah Buya Hamka tetap duduk di kursinya. Apa yang terjadi kemudian? Tanpa disangka, sang jenderal justru malah menghormati beliau ala tradisi Jepang sementara beliau duduk tenang di kursinya!

Apakah Anda pernah menonton film tentang pejuang Libya yang legendaris yaitu Omar Mochtar? Film yang diangkat dari cerita nyata ini menggambarkan bagaimana gigihnya beliau berperang melawan musuh yang lebih lengkapdlaam persenjataan. Itali, sebagai negara penjajah, kalang kabut dibuatnya meski pejuang Libya hanya berperang dengan senjata apa adanya. Film yang berjudul "Omar Mochtar: The Lion of Desert" ini ber-ending dramatik dengan menghukum mati Omar Mochtar di tiang gantung.

Demikianlah contoh-contoh dari tokoh-tokoh besar yang ada. Keikhlasan, sebagai buah manis dari fathonah ini, dapat dibaca lebih jauh dalam karya besar Imam Ghazali di buku beliau Ihya Ulmuddin.

Seperti yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fith-Thariq Ilallah: An Nihyyah Wal Ikhlas dan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Niat dan Ikhlas,imam Ghazali memberikan sebuah cerita orang sholeh yang bernama Turmuz.

Pada suatu ketika ada sebuah pohon yang disembah manusia. Mendengar hal ini, Turmuz mengambil sebuah kapak dan mengendap-endap dalam kegelapan malam untuk menebang pohon itu.

Di tengah jalan ia berpapasan dengan Iblis yang hendak mencegahnya. Namun Turmuz menolak. Maka perkelahian pun terjadi. Turmuz mudah sekali mengalahkan Iblis, seperti sehelai bulu di tangan yang ditiup. Mengetahui ia tidak dapat mengalahkan Turmuz, Iblis dengan licik melakukan tawar-menawar. Inti dari tawar-menawar tersebut Iblis berjanji hendak memberikan Turmuz uang dinar setiap hari yang ia akan dapatkan di bawah bantal dengan syarat ia tidak menebang pohon tersebut.

Lanjut Iblis, dengan uang tadi Turmuz dapat memanfaatkannya untuk sedekah dan menyantuni anak fakir miskin dan yatim piatu. Turmuz setuju.

Selama beberapa hari ia mendapatkan uang dinar di bawah bantalnya, seperti yang dijanjikan oleh Iblis. Namun, pada suatu hari ia terkejut. Uang dinar yang biasanya ada kini tidak ia jumpai di bawah bantalnya. Dia pun menunggu dengan sabar siapa tahu Iblis lupa. hari demi hari uang yang ditunggu tidak ada. Turmuz mengambil kesimpulan Iblis telah mangkir dari janjinya.

Dengan kesal, Turmuz mengambil kapaknya lalu dengan cepat menuju pohon. Di tengah jalan ia berpapasan lagi dengan Iblis. Iblis mencegahnya untuk menebang. Tapi dengan marah karena merasa ditipu oleh Iblis, Turmuz melawan. Dan apa yang terjadi?

Kini dengan mudahnya Iblis mengalahkan Turmuz, bagai sehelai bulu di tangan yang ditiup angin. Dengan rasa penasatan, Turmuz bertanya pada Iblis,"Mengapa kali ini saya dapat mudah kau kalahkan, Iblis?"

Iblis pun menyahut dengan nada kemenangan,"Pada perkelahian pertama aku kalah karena kau Turmuz menebang pohon karena Ihklas mencari ridho Allah. Tapi kini aku mengalahkanmu dengan mudah karena kamu dilandasi marah karena tidak mendapatkan uang dinar."

Apa yang dapat dipetik dari cerita di atas?

Dahsyatnya kekuatan ikhlas mampu mengalahkan musuh abadi manusia: Iblis. Dan ini hanya timbul dari kecerdasan rohani yang terus dilatih. Kecerdasan rohani ini memiliki tanda-tanda.

Seperti yang diuraikan oleh Yusuf Qardhawi (2000), beliau memberikan tiga belas tanda-tanda keikhlasan. Salah satu dari tanda tersebut adalah berbuat selayaknya dalam memimpin. Yusuf Qardhaqi menjelaskan bahwa apapun keadaannya,seorang pemimpin tidak ambisius dan tidak menuntut kedudukan untuk kepentingan diri sendiri.Tetapi jiak ia diberi tugas sebagai pemimpin maka ia jalankan sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sebagai penutup tulisan ini mari kita baca sosok pahlawan Islam yang gagah berani, Khalid bin Walid.

Beliau menjadi jenderal dalam perang besar melawan Romawi di masa khlaifah Umar bin Khattab. Dalam masa pertempuran, tiba-tiba ia menerima surat perintah dari khalifah. Isi surat itu pencopotan dirinya dari jenderal dan menjadi tentara biasa. Dan kepemimpinan pasukan selanjutnya harus diserahkan kepada penggantinya, Abu Ubaidah.

Mengetahui hal ini, tanpa banyak protes ia memberikan jabatan itu kepada Abu Ubaidah. dan Ia menjadi tentara biasa yang siap dipimpin oleh Abu Ubaidah, sang jenderal baru.

Ketika ia ditanya mengapa ia tetap berperang dngan gagah berani seperti sedia kala dan tidak melakukan kudeta, Khalid bin Walid menjawab dengan tenang,"Aku berperang bukan karena Umar, tetapi karena Allah."

Singkat jawaban Khalid bin Walid tapi dahsyat.

Demikianlah kisah pahlawan hebat ini. Ia siap berperang dalam posisi apapun dan meski lagi menikmati posisi puncak dalam karik militer tiba-tiba diturunkan menjadi tentara biasa tanpa ada kesalahan secara syar'i, Khalid bin Walid tetap berjihad dengan hebat.

Tahukah Anda mengapa Umar bin Khattab menurunkannya menjadi tentara biasa? Alasanya sederhana: Umar takut para tentara kagum pada kepemimpinan Khalid bin Walid dan mereka bangga bahwa kemenangan hanya didapatkan bila Khalid bin Walid adalah jenderalnya.

Sebuah alasan yang sangat berdimensi Illahiyah!

Apakah Khalid bin Walid menjadi sakit hati karena masalah ini? Ternyata tidak! Tidak ada disersi, tidak ada konspirasi untuk berontak dan tidak ada dendam pribadi! Dengan kecerdasan rohaninya, Khalid bin Walid tetap sami'na wa atho'na pada kekhalifahan Umar bin Khattab.

Sampai di sini kita dapat menilai memang begitu dahsyatnya kecerdasan rohani Nabi yang telah diikuti oleh para tokoh besar Islam.

Bagaimana pendapat Anda?

Kamis, 20 Maret 2008

Surat Al Fiil dan Hikmahnya

Jika kita membaca surat Al Fiil, tentu kita akan tahu bagaimana kehancuran raja Abrahah bin Al Asyram yang berdomisili di Yaman di bawah kekuasaan Kristen Romawi.
Kedengkiannya akan ramainya Ka'bah oleh para peziarah membuat ia ingin menghancurkan Ka'bah. Kedengkiannya timbul karena setelah ia membangun gereja yang megah tidak ada yang menghiraukannya untuk menziarahi gereja tersebut.

Dengan pasukan gajahnya yang hebat, Abrahah menuju Ka'bah dengan satu tujuan: Menghancurkan Ka'bah hingga rata dengan tanah.

Singkat cerita kita tahu semua cerita akhirnya. Namun, yang ingin penulis sampaikan kepada Anda pembaca budiman adalah hikmah di balik sejarah ini. Dari surat ini tersimpan himah besar yang terkadang kita tidak mengiranya.

Kita tahu semua bahwa begitu banyak serangan terhadap Nabi Muhammad akan kebenaran Al Qur'an. Ada yang mengatakan bahwa ia produk inspirasi Nabi dan ada yang mengatakan Al Qur'an adalah sebuah karya master piecenya Nabi. Ini semua tentu pepesan kosong semata. Lontaran-lontaran ngawur ini telah terbantahkan oleh sejarah, salah satunya kisah tentara gajahnya Abrahah.

Kita tahu, menurut sejarah, bahwa tanah Mekkah merupakan tanah yang tidak tersentuh oleh kekuasaan Romawi yang telah terbentang luas di jazirah Arab. Begitu luasnya kekuasan Romawi tapi terlewatkan satu daerah padang pasir yang kelak menjadi sentral peribadatan terbesar di dunia, Mekkah.

Dari sterilnya Mekkah akan penjajahan bangsa lain membuat masyrakatnya tetap berpola kebudayaan Arab yang kental dan bahasa Arab yang masih asli.

Kita tahu bahwa apabila suatu wilayah terjajah oleh bangsa lain yang lain budaya dan bahasa, maka cepat atau lambat wilyah tersebut akan terpengaruh budaya dan bahasa dari sang hegemoni.

Tidak demikiannya dengan Mekkah. Tanah kelahiran Nabi ini benar-benar steril dari penjajahan yang akibatnya membuat lisan para masyarakatnya murni bahasa Arab.

Ini perlu ditekankan sebab berulang kali Allah menegaskan bahwa Al Qur'an itu diturunkan dengan bahasa Arab murni.

Kita pun juga tahu bahwa ada toeri pengaruh dalam suatu karya. Dan ada yang melontarkan bahwa Nabi Muhammad mengutip Bibel/Injil untuk Al Qur'an. Sampai di sini mereka tidak punya bukti yanh sahih sebab bagaimana mungkin, Nabi tidak dapat membaca atau menulis dapat mengutip secara rapi Bibel/Injil.

Dapat Anda bayangkan apa yang terjadi bila Mekkah sempat dijajah oleh kerajaan Kristen raja Abrahah. Seandainya ini terjadi maka lontaran kosong di atas dapat menjadikan bukti sejarah bahwa Nabi, paling tidak, telah berinteraksi dengan dunia Kristen dalam segala hal. Hebatnya, Subhanallah, atas kehendak-Nya, Mekkah selamat dari penjajahan dan sekaligus menyelamatkan Nabi secara khusus dari fitnah kosong dan menyelamatkan bangsa Arab secara umum bahwa mereka pernah terhinakan oleh penjajahan.

Sebuah penjajahan adalah sebuah penghinaan apalagi kekuasaan Romawi menerapkan pemaksaan kepada bangsa yang dijajahnya untuk masuk ke dalam agama Kristen, agama resmi kerajaan Romawi.

Hikmah ini sangat berarti pada saat ini. Kita dapat melihat kesucian Mekkah dari penjajahan baik secara budaya, bahasa dan agama Kristen dan juga kita melihat kesucian Mekkah sebagai tanah kelahiran Nabi Muhammad dan tempat makbulnya do'a Nabi Ibrahim.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Wallahu'alam bishowab

Selasa, 18 Maret 2008

Aha Eureka!: Ada Tujuh Lapis Langit Dalam Al Qur'an



Jika Anda membaca Al Qur'an, bukalah surat ke-41 ayat ke-53. Ayat ini begitu dahsyat mengingat Allah menggunakan bentuk kalimat future tense atau dalam bahasa Arabnya fi'il mudhori'. Berikut penulis sajikan kepada Anda terjemahannya.

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"

Memang membicarakan Al Qur;an tidak akan pernah kering tinta untuk menuliskan keajaibannya. Dan salah satu kedahsyatan mukjizat Al Qur'an adalah tentang tujuh lapis langit dalam ayat ke-29 surat Al Baqarah. Berikut terjemahannya.

"Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."

Pembaca yang budiman . . .
Jika kita dahulu belajar ilmu Geografi kita diajarkan tentang lapisan atmosfer bumi. Seiring perkembangan zaman dan diikuti oleh teknologi yang canggih maka disebutkan dalam ilmu geologi bahwa ada tujuh lapisan atmosfer yang menyelimuti bumi kita ini.

Jika Anda membuka situs berikut ini http://www.ncep.noaa.gov/ maka Anda akan mendapatkan informasi baru bahwa ada perubahan (revisi) tentang lapis atmosfer kita. Dan file yang dirilis oleh badan resmi pemantau cuaca di Amerika Serikat ini dapat Anda download melalui www.ncep.noaa.gov/officenotes/NOAA-NPM-NCEPON-0002/013BA1F7.pdf.

Dalam artikel berbentuk format pdf tersebut Anda akan tercengang karena mereka mengakui ada tujuh lapis atmosfer di bumi kita ini yang sebelumnya hanya ada enam menurut mereka. Revisi akan lapisan ini berkaitan dengan perkiraan soal hujan.

Dan menurut situs resmi Harun Yahya yaitu http//:www.keajaibanalqur'an.com tujuh lapisan tersebut adalah:
1. Troposfer

2. Stratosfer

3. Ozonosfer

4. Mesosfer

5. Termosfer

6. Ionosfer

7. Eksosfer

Adapun di situs lain, memberikan tujuh lapisan atmosfer dengan model seperti berikut.


Meski berbeda istilah tetapi memiliki prinsip sama: ada 7 lapis atmosfer kita ini.

Ada beberapa situs penting yang dapat Anda kunjungi berkaitan dengan ini. Berikut penulis menyajikan kepada Anda agar Anda bertambah yakin bahwa memang ada tujuh lapis langit.

1. http://amsglossary.allenpress.com

2. http://www.srh.noaa.gov/jetstream/atmos/layers.htm#ion

3. http://www.swpc.noaa.gov/info/Iono.pdf

4. http://www.miraclesofthequran.com

Sains bukan untuk pembenaran Al Qur'an. Sains di Barat dibangun atas skeptisme (keraguan). Jika ada teori sains yang sesuai dengan ayat Al Qur'an maka kita katakan subhanallah . . .Al Qur'anlahlah yang benar dan kebenarannya bukan gara-gara hasil temuan sains.

Al Qur'an sudah pasti benar, tinggal kita mencari jejak kebenaran Al Qur'an yang terdapat di alam raya ini dengan selalu memikirkan tanda-tanda kekudusan Allah hingga kita pasti akan mencapai pada ayat ke-53 surat ke-41 di atas tadi.

Ada yang perlu Anda ingat bahwa penyebutan langit dalam ayat ke-29 surat Al Baqarah boleh jadi masih terbuka pada sistem galaksi atau tujuh lapis himpunan dari semua galaksi atau tujuh lapis dari himpunan dari himpunan seluruh galaksi di sebuah "langit" yang lain atau himpunan dari sebuah himpunan dari himpunan sebuah himpunan galaksi dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena ujung atau batas langit alam semesta tidak pernah kita ketahui. Jadi boleh jadi masih terbuka makna tujuh lapis langit.

Namun demikian pada akhirnya, Al Qur'an hanya meminta kepada kita untuk memilih dari dua hal: Beriman atau tidak. Semuanya kembali kepada kita sebagai manusia.
Percaya atau tidak? Ah, itu terserah ente . . .

Dalam Islam tidak ada paksaan untuk mengimani Al Qur'an: la ikraaha fiddiin (2:256). Namun demikian, sekali Anda menjadi Muslim maka Anda dipaksa harus mengimani secara total seluruh ayat Al Qur'an tanpa pernah lagi mempertanyakan apakah ayat tersebut benar atau tidak. Apalagi pertanyaan kebenaran Al Qur'an dicari melalui kacamata sains. Ini jelas kesalahan yang sangat sesat.

Yang pasti kita mati. Jadi jika Anda tidak percaya akan kebenaran Al Qur'an, baiklah mari kita tunggu bersama-sama kebenarannya, toh kita pasti mati semua dan kita pasti menghadapi kebenaran itu dalam kematian kita nanti.

Kembali pada ayat ke-53 surat ke-41, maka kebenaran Al Qur'an pasti akan kita temui melalui ayat-ayat kauniyah baik yang ada di dalam diri kita atau di langit.

Jadi mari kita sama-sama menunggu keajaiban-keajaiban AL Qur'an yang lain!

Wallahu'alam bishowab

Bagaimana pendapat Anda?

Rabu, 12 Maret 2008

Manusia, Bahasa dan Al Qur'an #2: Aha Eureka! Al Qur'an Mukjizat yang Humanis


Kekudusan Allah dalam kalimah thoyyibah la ilah illah terus dihjaga oleh Allah lewat para Nabi dan Rasul-Nya dengan bantuan khusus berupa mukjizat. Mukjizat ini selain sebagai penegas kenabian atau kerasulan mereka juga sebagai alat untuk melemahkan ketidak-berimanan manusia agar manusia beriman kepada Allah dan utusan-Nya.
nabi Musa dengan mukjizat berupa tongkat dengan beragam kegunaan, nabi Isa dengan kemampuan menyembuhkan orang buta dan menghidupkan orang mati, Nabi Ibrahim dengan perlindungan Allah dari kobaran api dan Nabi Muhammad berupa Al Qur'an.

Jika kita mempelajari sejarah para Nabi maka dapat kita katakan semua mukjizat yang sudah diberikan oleh Allah tidak dapat kita temui lagi pada hari ini kecuali Al Qur'an. Dan Allah ternyata memberi kepada manusia di seluruh dunia ini sebuah mukjizat yang begitu dekat dengan fitrah manusia itu sendiri, bahasa.

Diawali dengan ayat pertama yang turun, kata iqro'yang berarti bacalah(96:1) diturunkan pada masa moral benar-benar di bawah titik nadir. Dengan kata 'baca' Allah ingin agar manusia membaca dirinya melalui apa yang ada disekitarnya dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia cerdas dan tidak hina seperti hewan yang tidak mampu membaca.

Dalam dunia fauna, memang ada hewan yang dapat berbicara seperti burung beo, nuri dan kakaktua. Hewan-hewan ini dilatih untuk mengoceh atau mengulangi kata atau kalimat yang diajarkan oleh pemiliknya. Tetapi menurut Chomsky (1970) kemampuan ini bukanlah kemampuan berbahasa.

Menurut beliau dalam bukunya Current Issues in Linguistic Theory, kemampuan berbahasa adalah membuat kalimat baru, baik yang sudah ada dengan merubah struktur kalimatnya, atau benar-benar membuat kalimat baru yang pelum pernah ia pelajari sebelumnya dan ia sekaigus memahami arti dari kalimat tersebut. Kemampuan ini hanya dapat ditemui pada manusia. Dan kemampuan burung dapat 'berbicara' bukanlah kemampuan berbahasa melainkan kemampuan untuk diajar untuk meniru berbicara. Dan hingga hari ini tidak ada berita yang menghebohkan ada hewan yang dapat memahami apa maksud dari sebuah tulisan atau paling tidak dapat mengucapkannya seperti apa yang manusia ucapkan dari tulisan tersebut meski hewan tersebut dilatih secara intensif oleh ahli bahasa sekalipun.

Manusia memang memiliki kemampuan bahasa karena ia memiliki LAD (lihat pada artikel pertama di blog ini) dan karena kemampuannya ini Allah menegaskan apabila manusia tidak menggunakan kemampuan ini maka derajatnya turun menjadi seperti binatang bahkan lebih rendah. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan binatang tidak memiliki LAD sementara manusia memiliki LAD. Untuk lebih jelasnya silakan buka Al Qur'an 7:179.

Membaca adalah bagia dari empat kemampuan berbahasa dalam diri manusia. Dan membaca lebih tinggi tingkatannya daripada berbicara. Dan membaca adalah kemampuan ketiga yang mana pertama adalh menyimak, kedua berbicara dan yang keempat adalah menulis. Adapun ada orang yang tidak dapat membaca bukan berarti ia tidak memiliki LAD tetapi hanyalah masalah kesempatan untuk belajar membaca. Dan Nabi Muhammad termasuk dalam kategori ini.

Beliau tidak sempat belajar membaca dan juga menulis. Justru dengan tidak dapat membaca dan menulis ini merupakan bentuk keistimewaan dan kehormatan serta kesempurnaan beliau sebagai Nabi dengan mukjizat Al Qur'an yang nota bene berbentuk bahasa.

Dapat Anda bayangkan jika Nabi dapat membaca dan menulis maka banyak yang meragukan keabsahan Al Qur'an sebagai firman Allah. Jelas akan banyak mengklaim bahwa Al Qur'an merupakan karya Nabi Muhammad. Dan bukan rahasia lagi bahwa kaum Quraish cakap dalam membuat untaian kalimat-kalimat yang puitis dengan nilai sastra yang tinggi. Tetapi Nabi Muhammad, berkat stratagi jitu Allah yang membiarkan Nabi-Nya buta huruf atau istilah dalam linguistik illiterate , maka beliau tidak pernah sama sekali bersentuhan dalam hal baca-tulis sayir-syair. Dan keadaan illiterate ini jelas merupakan blessing in disguise. Oleh karenanya, apa yang Allah berikan kepada kita meski itu menurut perhitungan kita adalah sebuah kelemahan bolh jadi itu merupakan kelebihan di sisi Allah sebagaimana yang terjadi pada Nabi Muhammad.

Al Qur'an sebuah mukjizat berbentuk bahasa jelas memberi peasn kepada manusia untuk melihat dirinya kembali agar menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang memiliki kemampuan membaca naskah suci Al Qur'an dan naskah alam semesta untuk diterjemahkan, dipikirkan, diresapi, dan selanjutnya dijadikan jalan petunjuk untuk menjadi khalifah sebagaimana yang Allah inginkan. Khalifah di muka bumi yang menjunjung tinggi kekudusan Allah: tiada Tuhan selain Allah.

Demikianlah bahasan Al qur'an sebagai mukjizat berupa bahasa yang humanis. Bahasa identik dengan manusia dan Al Qur'an berupa bahasa yang merupakan petunjuk bagi manusia agar alam dan seisinya dikelolah untuk megkuduskan Allah.
Bagaimana pendapat Anda?

Sabtu, 08 Maret 2008

Manusia, Bahasa dan Al Qur'an #1: Aha Eureka! Bahasa Ciri Pembeda Utama Antara Manusia dengan Hewan


Ketika Charles Darwin menuangkan teori dalam bukunya Descent of Man, and Selection in Relation to Sex pada 1871 atau 137 tahun yang lalu, gemparlah dunia ilmu pengetahuan karena beliau menyatakan bahwa melalui evolusi, manusia merupakan keturunan kera meski beliau mengakui ada "missing link" antara manusia dan kera dan ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut.
Apakah benar manusia meruakan keturunan kera?
Jawaban akan hal ini telah menjadi perdebatan hebat tidak hanya di kalangan ilmuwan tetapi juga merambah di kalangan agamawan. Mengapa demikian? Menurut pandangan agamawan adalah sebuah penghinaan terhadap kodrat manusia apabila manusia keturunan kera. Anda dan terutama para Nabi-yang merupakan manusia pilihan Tuhan dan manusia istimewa di antara nmanusia umum lainnya- tidak lain "hanyalah" keturunan kera yang berevolusi menjadi makhluk lain: manusia.

Pandangan Islam tentang bantahan akan teori ini merujuk ke Al Qur'an bahwa manusia diciptakan dari jenis kita sendiri atau bahasa biologinya genus sendiri: Homo sapiens. Lihat surat 42:11.
Dan juga manusia adalah makhluk sempurna (95:4) dan juga makhluk yang diberi mandat untuk mengatur dunia dan seisinya atau khalifah (2:30). Dengan kata lain, kera termasuk bagian dari makhluk yang diatur oleh kita, manusia.
Teori Darwin telah dibangun di atas teori filsafat positivisme. Keith Ward (1996) mengatakan bahwa klaim-klaim ala Darwin merupakan hukum alam. Dan Tuhan, dalam hal ini, tidak dibutuhkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori Darwin berbasis anti Tuhan atau atheis.
Membantah teori Darwin ini dapat ditelusiri dari ilmu bahasa (linguistik). Menurut Hocket, salah satu pakar di linguistik, ada 16 ciri pembeda antara bahasa manusia dan bahasa binatang, terutama kera (Nababan, 1992). Salah satu dari ciri tersebut adalah dualisme struktural. Dualisme ini terdiri dari suara (phone) dan simbol dari suara tersebut. Dan keduanya ini tidak terpisahkan.

Ahli Biologi Johannes Von Uexkull mengatakan bahwa bahasa sebagai sistem simbol adalah mata rantai ketiga yang hanya ditemukan pada manusia. Sedangkan mata rantai yang lain yaitu sistem repstor dan efektor terdapat pada hewan dan manusia. Dengan mata rantai ketiga ini maka manusia hidup dalam dimensi baru dan luas. Sehingga tepatlah manusia disebut sebagai makhluk pembuat dan penafsir simbol (Pasiak, 2002)
Menurut linguist yang lain, Noam Chomsky, manusia pada fitrahnya dilengkapi dengan kemampuan berbahasa. Kemampuan ini ada secara otensial dimiliki oleh manusia di otaknya. Chomsy menyebutnya dengan istilah Language Acquisition Device (LAD) atau diterjemahkan secara bebas alat berbahasa. Dan menurut para peneliti dari Unversitas Oxforrd dan Unit Pengembangan Kognitif Ilmu Syaraf di Institute of Child Health di London, manusia memiliki gen bahasa yang dibri nama FOXP2 yang berperan dalam pengaturan bahasa manusia (Pasiak 2002).

Dengan demikian gejala bahasa manusia bukanlah sebuah kebetulan. Hal ini perlu ditekankan karena kata kebetulan ini menjadi tolok ide teori evolusi Darwin.
Dengan LAD tadi, setiap manusia yang lahir berpotensi untuk berbahasa apa saja di dunia ini. Sebuah kemampuan hebat yang tidak dimiliki oleh hewan apapun yang ada, termasuk kera.

Dalam tafsir Al Azhar, ayat 4 dalam surat Ar Rahman, kata al bayan merupakan identitas dari manusia. Mengapa demikian? karena pada ayat ke-3 manusia diciptakan lalu disambung ke ayat 4 tanpa kata penghubung wa yang artinya dan, tetapi langsung tersambung dari ayat ke-3 dan ke-4. Ini menandakan bahwa bahasa merupakan hal istimewa dan begitu penting yang merupakan ciri melekat dari manusia. Tentu al bayan yang dimaksud adalah berbahasa yang bercirikan esoterik atau keindahan seni berbahasa tanpa terlepas dari gramatika yang benar.


Kemampuan al bayan ini dimulai ketika indra pendengar mulai berfungsi semenjak di dalam kandungan ibu kita. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan ada teori menggunakan musik instrumen ala Beethoven atau karya lain untuk ibu hamil. Alasannya, untuk merangsang kecerdasqan semenjak dini. Hal ini juga penulis terapkan. Sebagai seorang muslim, penulis menggunakan murottal Al Qur'an untuk anak penulis semenjak ia di dalam masa kandungan empat bulan hingga lahir. Efeknya? Luar biasa. Anak penulis cepat menangkap sesuatu apa yang ia dengar. Penulis percaya pada teori dari barat tersebut hanya saja penulis menggantikannya dengan lebih baik, lantunan Al Qur'an dari suara Muammar Z.A.

Kemampuan mendengar semenjak dini ini disunnahkan dalam Islam untuk mengazankan setiap anak bayi yang baru lahir. Mengapa demikian? Karena indra pendengar adalah indra vital untuk berbahasa. Diharapkan dengan mendengar kalimat thoyyibah maka bayi tersebut akan menjadi cikal bakal anak sholeh.

Dan dalam linguistik ada sebuah aksioma yaitu apabila seseorang kehilangan kemampuan pendengarannya semenjak ia dilahirkan, maka ia kehilangan kemampuan berbicara (berbahasa) pula. Karena ia tidak memiliki input berupa suara maka ia tidak mungkin dapat menyuarakan apa yang ia tidak mendengarkannya. Kata lain ia pasti bisu.
Sebuah cerita yang tepat untuk menggamparkan ini adalah cerita fiksi tokoh Tarzan karya Edgar Rice Burroughs.

Dalam cerita tersebut, dengan cerdas, Edgar Rice Burroughs menggambarkan jika manusia semenjak bai tidak pernah berbahasa manusia hingga dewasa maka ia tidak dapat berbahasa apapun sama sekali kecuali bahasa hewan. Cerita tarzan sejatinya mengkritik gaya hidup orang inggris yang sok aristokrat yang apabila ia hidup dan lahir tanpa manusia lain ia "hanyalah" seokar manusia-kera. Sebuah cerita kritik yang tepat dan sangat ilmiah!

Akhirnya, tanpa bahasa manusia hanyalah salah satu makhluk yang menjadi rendah derajatnya. Dengan bahasa, Allah mengangkat derajat manusia. Dan dengan bahasa pula Allah berkomunikasi dengan manusia lewat bahasa melalui kitab suci-Nya agar Ia dapat diketahui oleh manusia bahwa Ia Maha Kuasa dan Maha Esa. Wallahu'alam bishowab!
Bagaimana pendapat Anda?

Dahsyatnya Pesona Nabi #2



Di artikel sebelumnya, penulis telah membahas sedikit tentnag fathonah Nabi. Fathonah atau kecerdasan merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang Nabi. Tentu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan emosional dan spiritual. Kecerdasan yang telah penulis sampaikan sebelumnya dalam bentuk keikhlasan. Dalam tulisan pertama, penulis telah mmeberi contoh itu dari Nabi maupun dari sahabat terdekat beliau, Umar bin Khattab. Dan kini penulis ingin mengajak Anda untuk menilik sosok yang dapat ditemui hari ini. Beliau sosok yang dikagumi olhe banyak orang tapi juga sekaligus diincar oleh Barat sebagai sosok yang menakutkan.
Apakah Anda pernah mendengar nama pondok pesantren (ponpes) Al Mukmin? Jika belum, mungkin nama ponpes Ngruki lebih familiar di telinga Anda.
Anda benar, yang akan dibicarakan oleh penulis adalah sosok ustadz dari ponpes Ngruki yang sekaligus beliau adalah pendirinya, ustadz Abu Bakar Ba'asyir.
Beliau adalah ustadz penulis sewaktu penulis mondok di Ngruki.Penulis sempat mendapatkan pelajaran dari beliau di 1983-1984 sebelum beliau hijrah ke Malaysia bersama ustadz Abdullah Sungkar. Mereka hijrah ke Malaysia disebabkan rezim Orde Baru berusaha menangkap mereka.
Ustadz Abu, demikian beliau biasa disapa, merupakan sosok ustadz yang ramah dan menerapkan pola hidup sederhana seperti yang dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Jika Anda suatu ketika berkunjung ke Ngruki, bertamulah ke rumah beliau, maka Anda tidak akan mendapatkan satu set sofa. Dan masuk ke dalam lagi, yang Anda temui lebih banyak kitab-kitab yang bernilai ukhrawi daripada perabotan yang bernilai duniawi.
Pendiri dan sekaligus pemimpin ponpes Ngruki yang menjadi pembicaraan ini-baik level nasional maupun internasional- begitu bersahaja dalam hidupnya. Oleh karenanya, para ustadz yang mendidik di ponpes pun juga secara ihlas hidup sederhana. Tidak ada istilah mereka menuntut kenaikan gaji atau menuntut fasilitas lebih.
Bagaimana bisa mereka akan menuntut hal demikian jika sosok pemimpin dan sekaligus pendirinya hidup bersahaja?
Ustadz Abu tekah memberi teladan yang begitu tinggi nilainya dan ini dapat dilihat secara nyata oleh semua orang. Oleh karenannya, salah satu kesuksesan menjadi pemimpin yang baik adalah ia memberikan teladan terlebih dahulu sebelum menyuruh atau menuntut orang lain untuk berbuat baik.
Ada satu kejadian yang penulis alami yang membuat kesan pesona bagi penulis hingga kini.
Waktu itu selepas ashar, penulis melihat ustadz Abu sedang bersiap-siap menaiki tangga di depan rumahnya. Melihat ini, penulis lalu mendekat lalu menyapa beliau:"Assalamu'alaikum Ustadz. Buat apa tangga ini, Ustadz?"
Dengan ramah, beliau menjawab,"Wa'alaikumussalam. Ini Ustadz mau perbaiki genting yang boncor."
Dengan spontan, penulis langsung menawarkan diri, "Biar saya saja yang naik, Ustadz enggak perlu repot-repot nai kea atas sendiri. Saya sipa kok kalau Ustadz nyuruh saya."
Dengan senyumnya yang khas, beliau menjawab, " Terima kasih nak, ini hal kecil kok. Biar Ustadz saja yang naik. Toh memperbaiki genting bukan hal yang beratkan?"
Dengan terbengong atas jawaban beliau, penulis menatap ustadz Abu dengan rasa kagum.
Beliau tidak ingin merepotkan orang lain yang sebenarnya bisa saja beliau menyuruh santrinya naik ke atas rumahnya untuk memperbaiki genting yang bocor.
Dapat Anda bayangkan bagaimana sosok pemimpin karismatik ini. Tidak ada rasa sakit hati sama sekali ketika Mahkamah Agung menetapkan bahwa beliau tidak bersalah dalam tuduhan berbuat makar terhadap negara kita ini dalam bentuk teror bom. Beliau melihat ini sebagai ujian hidup untuk menuju ridho Allah. Maka dengan segala keikhlasan dan konsisitensinya dalam dakwah, ponpes Ngruki tidak pernah sepi dari santri yang ingin modok meski ponpes ini telah mengalami fitnah dan cobaan yang besar.
Bukan rahasia lagi jika negara Amerika, Iggris dan negara barat lainnya, ingin agar ponpes ini ditutup dan dijadikan sebagai salah satu institusi berbahaya di daftar PBB lalu ustadz agar dihukum karena terlibat dalam jaringan Al Qaidah yang bernama Jama'ah Islamiyah (JI). Namun, hingga hari ini semua itu tidak terbukti dan Ngruki bukan tambah sepi tapi justru makin diminati oleh para orang tua yang ingin menyantrikan anaknya di sana.
Demikianlah sosok tokoh yang hidup hingga hari ini yang dapat dijadikan teladan untuk kita semua. Kecerdasan emosional dan spiritual memang mudah untuk dibicarakan, diseminarkan, dibukukan atau ditrainingkan, tetapi itu semua kembali kepada diri kita masing-masing.
Seperti yang telah dituliskan oleh Ary Ginanjar Agustian dalam buku beliau yang fenomenal, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power. Keikhlasan dalam hidup harus berawal dari kita yang harus lepas dari segala belenggu duniawi (atau istilah beliau zero mind). Ketika kita telah dalam bentuk zero mind maka yang akan tersisa adalah fitrah suci dari Allah yang akan dengan sendirinya bersuara dalam hati kita sebagai penggerak untuk berbuat baik. Semakin kita menuju keterbebasan dalam segala hal atau dalam bahasa matematikanya kita menuju titik nol, maka semakin dekat pula kita menuju tangga Illahiyah yang suci.
Dengan cerdas, Agustian (2006) menggambarkan ini dalam notasi matematika yang sederhana yaitu 1/0=∞. Ini dapat dibaca sebagai satu dibagi nol sama dengan tidak terhingga. Angka satu sebagai simbol Tauhid, angka nol sebagai simbol hamba Allah yang bebas dari segala bentuk kehambaan lain, dan simbol ∞ berarti dalam matematika adalah nilai tak terhingga, oleh Agustian diartikan sebagai dekat pada Allah yang Maha Tak Terhingga Kebesarannya.
Jika seseorang telah memiliki ∞, maka yang terjadi adalah sebuah kekuatan dahsyat. Tongkat kayu menjadi alat yang hebat yang dapat membelah laut dari dir Nabi Musa. Menyebut nama Allah saja menjadi kekuatan besar yang mampu merobohkan musuh. Ini terjadi ketika Nabi Muhammad dalam pengejaran kaum kafir Quraish. Beliau sedang istirahat dalam perjalanan yang melelahkan menuju Madinah. Tiba-tiba Suraqoh, salah satu kafir Quraish, menghunuskan pedang ke dada beliau dan berkata, "Hari ini engkau tidak bisa lepas dariku, Muhammad. Kini siapa penolongmu pada saat ini?"
Dengan tenang dan mantap, Rasulullah menjawab,"Allah."
Mendengar kata Allah dari mulut nabi ini, Suraqoh langsung tersungkur lemas tak berdaya dan pedang di tangannya pun terlepas. Segera Nabi mengambilnya lalu balik menghunuskannya ke dada Suraqoh dan bertanya:"Kini siapa penolongmu, hai Suraqoph?". Dengan lemas ia menjawab,"tidak ada". Lalu dengan senyum ramah beliau mengembalikan pedang tadi ke Suraqoh.



bersambung . . . .

Senin, 03 Maret 2008

Aha Eureka! : Simbol ini berarti . . . #1

Artikel ini penulis sajikan dari sebuah situs yang berbahasa Inggris. Penulis hanya mencoba menerjemahkannya kepada Anda agar Anda dapat ber-Aha Eureka! lebih mudah dan cepat.
Artikel ini membahas tentang simbol-simbol yang ada di dunia, baik itu untuk kategori ilmiah maupun religius. Untuk mengawali artikel tentang simbol ini penulis sajikan simbol agama terlebih dahulu. Selamat membaca dan mengikuti artikel selanjutnya!


Simbol ini banyak digunakan sebagai lambang bendera atau lambang partai Islam. Simbol ini perpaduan dari bulan sabit dan bintang.
Awalnya, bulan sabit adalah simbol dari kota Konstantinopel (atau sekarang terkenal dengan nama Istambul). Ketika itu simbol yang digunakan adalah seperti berikut

Namun, ketika sultan Muhammhad II menaklukkan Konstantinopel, beliau merubahnya posisinya dari di atas menjadi bulan sabit seperti sekarang ini.
pada awal abad ke-19, sebuah bintang ditambahkan pada bulan tersebut. Pada awalnya tidak berbintang lima, tapi kemudian berbintang lima sebagai makna dari rukun Islam yang lima.
Selanjutnya pada awal abad ke-20, simbol ini digunakan untuk lambang bendera-bendera negara islam.
Simbol bintang banyak digunakan oleh bangsa-bangsa di dunia, tidak hanya untuk simbol negara tetapi juga untuk simbol yang lain. Ingatkan kalau simbol sila pertama bangsa Indonesia juga bintang?
Berikut simbol-simbo berbentuk bintang yang lain.

Penulis yakin Anda mengetahui simbol ini. Ya, simbol dari bendera Israel. Simbol ini juga terkenal dengan nama shield of David atau Perisai Nabi Daud. Menurut ahli semiotik (ahli simbol-simbol) dari Denmark, E. Zehren, umat Islam merujuknya sebagai stempel Nabi Sulaiman. Simbol ini, menurutnya lagi, adalah rumus ilmu sihir dari buku The Key of Solomon atau Kunci Nabi Sulaiman.
Dalam ilmu kimia, simbol ini berarti minum atau mengunyah. Simbol bintang ini dalam ilmu kimia merupakan kombinasi dari yang berarti air dan yang berarti api (Adakah hubungan simbol bintang negara Israel ini dengan hadits Nabi tentang Dajjal yang menawarkan air dan api yang mana apinya sesugguhnya air dan airnya sejatinya adalah api? Jika ya, maka tidaklah mengherankan bila negara Israel adalah pendukung Dajjal nanti menjelang hari kiamat nanti)
Kombinasi antara dua bintang ini membentuk simbol baru, air api, alkohol.
Pada abad pertengahan, Yahudi Eropa menggunakan simbol bintang ini sebagai simbol banner mereka dan pada syal sembahyang. Ketika gereja-gereja menekan keberadaan mereka, gereja meminta mereka untuk meninggalkan simbol tersebut dan sebagai gantinya adalah topi khas mereka sekarang ini dan cincin berwarna kuning. Simbol ini menjadi populer ketika di abad ke-19 bangsa Yahudi ingin mendirikan negara Israel dengan pergerakan Zionis mereka.
Pada 9 November 1938, pada masa pemerintahan Heydrich, simbol ini dikombinasikan dengan warna kuning sebagai pertanda bahwa ada bayi dari bangsa Yahudi yang baru lahir. kemudian pada tahun 1948, warna biru muncul dan selanjutnya menjadi bendera Israel.