Selasa, 18 Desember 2007

Fenomena Aha Eureka dan Sholat: Perpaduan Sempurna Pikir dan Zikir (Bagian 1)


<Pengantar
Artikel ini dapat dikatakan sebagai artikel utama dari blog saya ini. Meski telat untuk diterbitkan, penulis tetap berharap artikel ini menjadi inspirasi 'kreatif' anda untuk menciptakan fenomena-fenomena eureka yang baru. Alasan kenapa artikel ini telat dterbitkan karena begitu banyak ide kreatif yang menumpuk di otak penulis dan masih tercerai-berai dan baru kali ini ide tersebuit tertuang dalam satu artikel ini. Akhirnya penulis berharap semoga artikel ini bermanfaat bagi saya dan anda. Dan penulis memohon komentar dari anda baik itu berupa kritik pedas, maupun saran baik dari anda pembaca yang budiman. Satu yang jelas, penulis masih terus dalam proses menuju aha eureka yang lain karena penulis sadar masih minimnya ilmu yang ia miliki. Teruslah ber-aha eureka! Keep on aha eureka!

Kisah Fenomena Eureka
"Aku curiga dengan mahkota ini, " kata raja Hieron. Tukang pandai emas terkenal di kota Syracus itu pun gugup ketakutan. Ini kali ketiga raja Hieron mengatakan hal yang sama. Dan ini mengisyaratkan kalau sang raja gusar dan siap menghukum mati tukang pandai emas tersebut. Meski raja tidak dapat membuktikan secara langsung kalau mahkota itu terbuat dari emas bercampur dengan tembaga, tetap saja tukang pandai emas itu tidak dapat menyembunyikan kegugupanya akan kepalsuan mahkota yang dibuatnya itu.
"Aku curiga dengan keaslian mahkota emas ini, siapa yang dapat membuktikanya kalau mahkota ini bukan dari emas asli?", tanya sang raja.
"Saya juga curiga kalau mahkota ini dari emas, baginda," kata Archimedes, sang ahli matematika .
"Kalau begitu buktikanlah!", kata raja Hieron.
Pada saat itu hitungan matematika baru sampai pada ukuran bentuk segitiga, segiempat, lingkaran, jajaran genjang, dan bentuk-benuk sederhana yang lain. Tapi ini mahkota ini tidak berbentuk yang sudah biasa dihitung oleh Archimedes. Maka Archimides memohon kepada raja, "Ijinkanlah saya meleburkan mahkota ini menjadi rata dan segiempat, baginda raja,".
"Kalau hanya begitu, aku pun bisa, " dengan ketus raja menjawab.
Archimedes bingung dan merasa bodoh. Walaupun ia bukan orang bodoh, pada saat itu ia merasa orang paling bodoh. Ia baru sanggup menghitung benda berbangun teratur. Tapi mahkota itu berbentuk tidak lazim. Bukan lingkaran, bukan kubus, apalagi segiempat.
"Bawa mahkota ini dan waktumu hanya tiga hari dengan jawaban yang memuaskan Archimedes, " titah sang raja. "Dan untuk tukang pandai itu, tahan ia sampai terbukti apakah ia benar atau pembohong besar, " sambung raja dalam titahnya kepada pengawal.
Dengan beban yang berat, Archimedes pulang ke rumah.
Tidur tidak tenang, makan tidak berselera. Archimedes benar-benar menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya. Taruhannya nyawa. Bila berhasil, hadiah siap menanti. BIla gagal, kuburan siap menyambut.
Hingga pada suatu hari ia ingin melepas sejenak beban di otaknya menuju pemandian para aristokrat di kota Syracus. Di tengah ledekan para aristokrat karena ia belum menemukan jawaban untuk raja Hieron, Archimedes masuk dalam bak mandi. Tidak lama kemudian, semua yang ada di pemandian itu terkejut mendengar teriakan eureka, eureka, eureka! .
Semua menoleh dan melihat Archimedes berlari-lari telanjang keluar dari bak mandinya. Apa yang terjadi denganya? Ah, ternyata Archimedes telah menemukan jawaban dari persoalan rumit yang menghantui otaknya!

Pembaca budiman, kisah di atas melukiskan bagaimana proses kreatif otak menemukan jawaban yang telah mengendap lama. Archimedes telah mengoptimalkan kekutan otak kirinya dengan segala analisa yang ia miliki. Tapi ia gagal. Kemudian ia beralih ke kemampuan otaknya yang lain dengan membiarkan dirinya santai. Tanpa ia sadari, otak kanannya bekerja sedemikian rupa secara intuitif dan kreatif. Maka terjadilah fenomena eureka tersebut.
Contoh lain dari fenomena eureka adalah ilmuwan Friedrich August Kekule von Stradonist. Ia yang menemukan struktur kimia berbentuk ring dari molekul benzena pada 1865. Struktur benzena yang ia temukan muncul di otaknya ketika ia melihat seekor ular melingkar. Ekor dan kepala ular bertemu. Dengan ide dari penglihatan secara tidak terduga ini, jadilah struktur benzena yang melingkar seperti ular, seperti yang kita kenal sekarang ini.
Ilmuwan lain yang mengalami fenomena eureka adalah juga ahli matematika Henri Poncaire. Ia menemukan jawaban dari permasahalannya ketika berjalan menaiki bus.
Atau seperti Issac Newton, yang lagi santai duduk membaca di bawah pohon apel. Ia menemukan gaya gravitasi yang hingga saat ini merupakan rumus yang begitu bernilai dalam kehidupan umat manusia. Sebuah apel meledakkan otak. Jadilah rumus dari hasil eureka yang sederhana dan unik. Mandi, melihat ular, berjalan naik bus, dan duduk santai kejatuhan sebuah apel. semuanya merupakan proses kreatif. Proses ini bukan sekali jadi. Ia butuh waktu yang berlangsung lama. Ada pengendapan masalah, pengeraman, keseriusan berpikir dan relaksasi, seperti Archimedes. Karena itu seseorang yang kreatif dapat dikatakan orang yang terampil. Terampil menggunakan kekuatan otaknya yang luar biasa. Namun demikian, ibarat penari handal, orang kreatif membutuhkan latihan dan pembiasan untuk menjadi kreatif. Artinya ia tidak boleh lelah untuk mencari jawaban yang mengendap di otaknya. Karena otak kita mengenal hukum "tidak lelah" untuk bekerja. Demikian seperti yang penulis kutip dari Taufik Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ antara Neurosains dan Al Qur'an, sebuah buku favorit penulis.
Apa yang telah terjadi pada ilmuwan-ilmuwan di atas adalah terjadinya pola berpikir bisosiasi. Pikiran bisoasi berarti pengoptimalan kedua belahan otak kiri-kanan. Otak kiri berusaha secara analisa mencari jawaban terlebih dahulu. Jika gagal, maka otak kanan akan "berpetualang" dalam dunia imajinasi. Pencarian dalam dunia otak kanan ini masih mengembara hingga "jembatan" permasahalan dan ide untuk jawaban bertemu. Dan pertemuan ini terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama, karena otak kanan mengembara ke "dunia" yang tidak terbatas.
Seperti yang kita ketahui, kemampuan otak kita sungguh luar biasa. Dan otak kita sungguh sebuah pasangan yang serasi dan sempurna. Otak kiri dan otak kanan. Sebuah pasangan yang penuh kekuatan dan sekaligus misteri.
Penyebutan otak kiri dan otak kanan bukanlah sekedar simbolik saja. Tetapi memang otak kita terdiri dari dua belahan otak besar yang disebut cerebrum. Setiap bagian otak berbentuk bulatan dan disebut hemisfer cerebrum. Kedua belahan ini memiliki peranan masing-masing dalam berpikir. Yang satu memiliki peranan berpikir rasional, yang lainnya pikiran intuitif-kreatif. Yang pertama bekerja secra serial, berurutan serta sangat mementingkan hal-hal konkrit dan realistis. Sementara yang lainnya (kanan) bekerja secara paralel dan tidak berpola bahkan terkadang "liar dan nakal" serta mengutamakan hal-hal abstrak.
Kemampuan memadukan kedua pola berpikir inilah menghasilkan ide-ide besar dan kreatif, bahkan ada yang revolusioner seperti rumus relativitasnya Albert Eisntein. Seperti yang telah banyak dikisahkan, Albert Einstein menemukan rumusnya itu berdasarkan imajinasi "liar dan nakal" tentang alam semesta ini. Dari imajinasi dan ditambah kemampuannya dalam bidang fisika maka lahirlah rumus yang sensasional e=mc2.
Albert Eistein menjadi ikon di mana kemampuan otak kiri dan otak kanan dipadukan menghasilkan "ide nakal" tapi cerdas dan sungguh luar biasa efeknya.
Dalam kasus Archimedes, fenomena eureka terjadi secara tanpa sengaja. Pertanyaanya adalah apakah fenomena eureka dapat dilakukan secara sengaja, dalam arti kata secara sadar dapat digali? Dan apakah otak kita dapat dilatih melalui sholat untuk mencapai fenomena eureka? Lalu apakah sholat mampu mengoptimalkan kemampuan kreatifitas otak kita?
Jawabannya silakan tungguh edisi selanjutnya! Edisi selanjutnya akan diterbitkan jika tulisan di atas mendapatkan komentar dan polling minimal 25 orang/ pembaca. Jika kurang dari 25, maka edisi selanjutnya akan ditunda untuk diterbitkan.

5 komentar:

Imoet_25 mengatakan...

Bagus lo artikelnya.. Jadi pengen tahu lanjutannya...

Anonim mengatakan...

Saya nyari-nyari gambar buku Revolusi IQ/EQ/SQ Taufiq Pasiak, malah ketemu satu ini. Imagenya gak ada... Saya juga suka sekali sama buku Taufiq Pasiak ini... Sebetulnya saya pengen bikin tulisan seputar ini juga dan berhub dengan Pembelajaran dan pendekatan Artificial Intelligence, tapi yah gitu polanya blum rapih benar... Ditunggu terusannya ya!

runi mengatakan...

dah lama nyari2 makna eureka,soalnya aku suka banget ama nama ini
ditunggu lho cerita selanjutnya
kok nunggu 25 komentar to buat ngelanjutin artikel berikutnya...............

James Ibrahim mengatakan...

pak, atau mas, atau mba atau siapa aja penulis ini, saya yakin ilmu2/sharing2 anda lewat tulisan ini sangat2 berharga bagi sesama, dan menjadi amal shalih yg tak terkira mahalnya. jadi saya yakin, tanpa harus menunggu komen atau polling dari 25 orang, anda akan berbaik hati untuk melanjutkan tulisan ini sebagaimana anda isyaratkan, insyaa Alloh polling terbaik anda dapatkan dari Alloh SWT atas amal anda menyampaikan ilmu, juga tawaashou bilhaq, tawaashou bishshobr. Amin. terimakasih.

Tetap Belajar mengatakan...

setuju mas james ibrahim....
ayo dong lanjutannya.
penasaran nih.