AHA, EUREKA!
Archimedes is the real inspiring man who inspires us to never give up on the searching of solution on a very complicated problem. There are a lot of knowledges which are valuable to be searched for by us for a solution of our problem. Being born knew nothing, and live in this world to know and learn something, then we return to Allah with something to be accounted for. EUREKA, EUREKA, EUREKA, I HAVE FOUND THAT ALLAH GIVES ME SOME KNOWLEDGES TO BELIEVE IN HIM!
Selasa, 27 September 2011
AHA EUREKA! HIPOTESA PENCIPTAAN JIN
Sungguh apa yang ada di dalam otakku sangat mengganggu dan bertahun tahun mengendap mencari jawaban dari dua ayat yang sekilas saling kontradiksi.
Dari dua ayat ini menjadi tantangan abgi saya untuk mencari jawaban yang logis sekaligus membuktikan bahwa Al Quran benar-benar diturunkan oleh Allah dengan ilmu-Nya sebagaimana Allah bersabda di surat Hud ayat 14:
فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [١١:١٤]
sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia,
Pembaca yang budiman,
Dua ayat yang sekilas dibaca kontradiksi satu sama lain yang saya maksud adalah :
1. Surat Al Anbiyaa’ ayat 30 : وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ yang artinya: Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup
2. Surat Ar Rahman ayat 15: وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ [٥٥:١٥] yang artinya: dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
Dari dua ayat di atas mari kita ambil kesimpulan sederhana berikut:
A. Allah menciptakan segala yang hidup dari air
B. Jin adalah makhluk hidup
C. Berarti Allah menciptakan jin dari air
Kesimpulan ini jika dihadapkan dengan ayat 15 dari surat Ar Rahman pasti kontradiksi: Allah menciptakan jin dari NYALA API, sementara kesimpulan di atas Allah menciptakah jin dari AIR. Bagaimana bias dua ayat saling kontradiksi ?
Pembaca yang budiman,
Pertanyaan ini telah mengendap di otak penulis berrtahun-tahun dan Alhamdulillah, AHA EUREKA penulis telah menemukan jawabannya dan ini dapat diterangkan melalui ilmu kimia.
Dalam kimia ada istilah ELEKTROLISIS yaitu peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut (Wikipedia).
Proses elektolisis
Dari proses elektrolisis inilah Allah menciptakan jin dari unsur hydrogen. Mengapa dari unsur hydrogen? Karena gas hydrogen adalah gas yang sangat mudah terbakar dan gas ini akan meledak sendiri di suhu 560 °C (Wikipedia)
Ini pula jawaban mengapa kita tidak dapat melihat jin, karena ia diciptakan dari unsur gas. Sebagaimana Allah berfirman di surat Al A’raff ayat 27:
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ yang artinya: sesungguhnya ia (Iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari tempat yang kamu tidak bias melihat mereka.
Pembaca yang budiman,
Hipotesa ini semoga juga menjadikan hujjah bahwa Al Quran benar benar kalimat Allah untuk orang-orang yang masih ragu-ragu kepada Al Quran. Sungguh hipotesa ini tidak akan dirumuskan tanpa bimbingan Allah SWT karena begitu lama pertanyaan ini mengendap di otak penulis.
Semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan pencerahan bahwa memang Allah akan menunjukkan kepada manusia yang selalu membantah Al Quran bahwa sesungguhnya Al Quran itu benar benar kalmia Allah sebagaimana friman Allah di surat Fushilat ayat 53: سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ
Demikianlah, bagaimana pendapat anda?
Jumat, 15 Juli 2011
KETIKA AL QURAN BERBICARA TENTANG ZINA
Salamualaikum saudaraku,
Sungguh saya mohon maaf jika saya mulai menulis lagi. Mohon maaf boleh jadi saya sibuk dengan pekerjaan baru yang saya baru jalani tepat satu tahun ini.
Menjelang puasa ramadhan ini izikanlah saya menulis topik yang boleh jadi dianggap topik biasa-biasa saja, tapi sungguh begitu banyak ledakan di otak saya tentang topik ZINA ini.
Apalagi menjelang puasa ramadhan di tahun 2011 ini, semoga menjadi benteng iman anda , dan tentunya diri saya sendiri.
Pembaca yang budiman, berbicara tentang ZINA maka sungguh dosa ini begitu spesial disebut oleh Allah dalam Al Quran, tidak seperti dosa-dosa yang lain meski pada zaman ini
berbuat ZINA menjadi, terkadang atau sering, hal yang sudag biasa di masyarakat umum. Terutama jika ada wanita yang lahir di luar nikah, toh pada akhirnya masyarakat masih
menerima mereka yang berbuat ZINA sebagai anggota masyarakat yang seolah-olah tidak berbuat sesuatu yang hina.
Pembaca yang budiman,
Allah menyebut dosa ZINA dengan kalimat yang nyata dan jelas yaitu فَاحِشَةً, dan kata ini berarti "KEJI" memiliki bentuk kata yang lain dengan arti yang sama dalam Al Quran yaitu :
الْفَحْشَاءِ yang juga berarti "KEJI". Dan lebih khususnya lagi dosa ini selalu disebut dahulu daripada kata الْمُنْكَرِ.
Jika dosa الْمُنْكَرِ (mungkar) selalu terkait dengan: pencurian, penipuan minum minuman keras, bahkan sampai pembunuhan , maka dosa فَاحِشَةً yang berarti 'keji' hanya terkait
dengan dosa berZINA baik dengan lawan jenis maupun lawan jenis (homoseksual). Berikut keterangan ayatnya:
- Untuk yang lawan jenis Allah menjelaskan di surat 17 ayat 32, dengan hukuman berbuat ZINA di surat 24 ayat 2 , dan setelah menjalankan hukuman ini maka Allah 'menurunkan' derajatnya dalam pernikahan resmi di dalam umat Islam di ayat berikutnya , surat 24 ayat 3
- Untuk yang sesama jenis (homoseksual) Allah menyebutnya berikut ini وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ [٢٩:٢٨]
, surat ke 29 ayat ke 28 yang artinya: Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu".
Pembaca yang budiman,
Membaca ayat-ayat Allah di dalam Al Quran tentang ZINA ini sejatinya disebut dengan begitu keras hingga Allah menyebutnya lebih dahulu daripada kata mungkar. Bahkan tolok ukur
seorang tidak berbuat zina adalah tolak ukur pertama dari label seseorang yang telah melaksanakan sholat. Sungguh Allah telah nyata menjelaskan ini di ayat berikut:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ [٢٩:٤٥]
Yang artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dan lebih spesial lagi ketika perintah larangan pertama Allah terhadap makhluk yang bernama manusia pun disebut sama untuk larangan dalam dosa ZINA.
Allah berfirman kepada nabi Adam dalam surat Al Baqarah:
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ [٢:٣٥]
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim
Kalimat "jangalah kamu mendekati…" adalah perintah pertama Allah terhadap nenek moyang manusia diulang secara sama oleh Allah untuk dosa ZINA. Berikut ayatnya:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا [١٧:٣٢]
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Dari paparan beberapa ayat di atas dapat kita renungkan bersama sebenarnya dosa ZINA ini mendapatkan perhatian khusus oleh Allah. Namun, malangnya kita terkadang menganggap
Dosa ini hanya dosa 'biasa' saja karena boleh jadi ada yang berpikiran toh setiap manusia memiliki nafus seks yang tidak mungkin dihindarkan. Dengan dorongan alami dalam diri
manusia ini ketika seseorang berbuat ZINA maka dapat 'dimaafkan' karena ini 'manusiawi'. Benarkah demikian?
Pembaca yang budiman, Allah sebagai pencipta manusia tentu maha tahu apa yang Ia ciptakan. Dan potensi seks manusia sampai d titik manapun jelas dan tak terbanhtakan Allah pasti
Tahu. Dan ketika manusia berbuat dosa ZINA ini dan pasti ada manusia yang menganggapnya menjadi dosa yang biasa-biasa saja, Allah telah memberikan peringatan dalam ayat berikut
Ini di surat An Nur ayat ke 2:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ
وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera,
dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah
Di ayat di atas disebutkan oleh Allah "belas kasihan", dan ini terkait dengan naluri manusia akan naluri lain yang salah. Pasti di masyarakat sekarang ini ada rasa memaafkan ketika dua
insan melakuakn dosa ZINA hingga hamil dan kedua-duanya saling jatuh cinta tetap saja di nikahkan secara layak seolah-olah pernikahan yang tidak berlumur dosa. Sering kita lihat ada
undangan pernikahan yang dihadiri oleh tetangga, teman dan kerabat meski sang kedua mempelai telah berzina lebih dahulu sebelum akad nikah. Para tamu bahkan dengan asyiknya
memberi ucapan selamat dan hadiah. Sungguh begitu mudahnya kita member rasa 'belas kasih' terhadap dosa ZINA.
Atau kehidupan para artis saat ini. Nyata-nyata ada artis yang berbuat ZINA toh masih saja rasa ' belas kasih' di masyarakat untuk memberikan tempat mereka di kasta terhormat
seolah-seolah tidak terjadi dosa KEJI yang telah menempel di tubuh mereka yang berzina.
Pertanyaannya. Mengapa begitu mudah kita menempatkan dosa ZINA ini sebagai dosa biasa-biasa saja?
Warnet, TV, bahkan buku-buku dan majalah telah berlumuran ZINA dan toh masyarakat kita menganggap tidak masalah. Perlahan tapi pasti kalimat 'jangalah mendekat' tanpa sadar
kita dibuai oleh dorongan nafsu alami yang melanggar batasan Allah.
Pohon yang dilarang oleh Allah adalah sebuah pohon dengan buah yang menarik hati manusia. Nafsu manusia yang ada semenjak diciptakan inilah 'diolah' secara halus dan teliti oleh
Iblis agar terlempar keluar menjadi hina. Nafsu kita ibarat magnet kecil yang memiliki daya magnet terhadap apa yang menjadi 'jodoh' magnetnya. Jelas sekali ketika sebuah magnet
kecil mendekati obyek yang besar ia yang terus memburu obyek itu dan bukan sebaliknya kemanapun obyek tersebut bergerak. Inilah larangan kata "mendekat". Kita memiliki magnet
kecil berupa nafsu seks dengan tenaga magnet berupa dorongan 'seks' dan obyek besar besar yang siap menyedot magnet kita untuk menempel ke obyek tersebut. Obyek ini adalah
Iblis dengan kekuatan magnet penuh agar magnet kita menempel.
Ingatlah, ketika Nabi Adam telah menempelkan magnetnya kepada pohon tersebut maka fatal akibatnya. Beliau dan istrinya menjadi makhluk turun kasta karena terlempar dari surga.
Sejatinya dosa ZiNA ini juga melemparkan manusia ke kasta yang rendah, malangnya ini tidak terjadi di masyarakat kita.
Daya dorong magnet inilah yang harus kita jaga agar jangan sampai mendekat obyek dosa ZINA. Siapapun kita jangan sekali-kali mecoba untuk mendekat, karena Allah telah
Memberikan kuasa kepada Iblis untuk mengeksplor daya magnet ini agar kita menempel ke obyeknya. Berikut Allah member kuasa terhadap Iblis:
قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَٰذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا [١٧:٦٢]
Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".
﴿٦٢﴾ |
قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا [١٧:٦٣]
Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.
﴿٦٣﴾ |
وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ ۚ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا [١٧:٦٤]
Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.
﴿٦٤﴾ |
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ ۚ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ وَكِيلًا [١٧:٦٥]
Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga".
Jadi Allah sendiri memberi perintah kepada Iblis untuk mencoba menghasut kita, tetapi kuasa Iblis terbatas jika kita benar-benar hamba Allah.
Dengan kuasa menggoda inilah kita juga digoda melalui daya magnet seks ZINA.
Dalam masyarakat kita telah terjadi campur baur antara yang salah dan benar, ZINA dan halal. Bahkan ada kata ZINA diagnti dengan kata yang indah "CINTA". Pernahkah anda
mendengar lagu dengan judul "CINTA SATU MALAM"? Sungguh lagu ini sejatinya layak diganti dengan "ZINA SATU MALAM" atau "DOSA SATU MALAM". Begitu asyiknya lantunan lagu
ini hingga melupakan kita bahwa lagu ini tentang dosa ZINA di suatu malam. Maka permainan Iblis pun semakin asyik karena ia melihat kita mendengarkan, perlahan menikmati
lagunya melupakan arti kata sebenarnya kata "CINTA" dan pada akhirnya kita tanpa sadarkan diri mengetuk-ngetukkan kaki mengiringi lantunan lagu tersebut. Iblis asyik melihat kita
mengikuti lagunya yang merdu tersebut. Tanpa sadar oleh kita semua, lagu tentang ZINA ini dikemas secara apik dan ngepop dari level anak-anak hingga nenek-nenek. Sempurna
sudah kita mengikuti langkah Iblis di depan kita.
Pembaca yang budiman,
Cukuplah sudah kita berlumuran ZINA di negeri kita yang indah ini. Kita bangsa besar dengan potensi alam yang luar biasa besar tetapi menjadi bangsa besar yang HINA di mata dunia.
Tengoklah kasus kasus TKW, tengoklah kasus korupsi hingga menempatkan kita pada ''kasta tinggi" dalam korupsi, tengoklah kasus bejat pejabat dengan gaji yang berat dan padat
tetapi masih melangkah ringan dan gagah di ruangan terhormat dan ber-AC.
Kita bangsa yang HINA di mata orang lain. Mengapa? Karena kita adalah umat Islam terbesar di dunia tetapi penikmat ZINA yang besar pula!
Pohon terlarang menjadikan Nabi Adam terhina, kalimat dosa ZINA sama larangannya yang diterima oleh Nabi Adam. Dan ZINA menjadikan manusia turun kasta, maka jika ingin bangsa
ini tidak menjadi bangsa yang hina di mata dunia mulai saaat ini juga mari bersama-sama jauhi ZINA. Sekarang juga. Bagaimana pendapat Anda?
Jumat, 27 Agustus 2010
SEHARUSNYA ERA DIGITAL ADALAH ERA TAUHID
Artikel ini sejatinya masih terkait dengan artikel sebelumnya yaitu Matematika dan Tauhid, sebuah mata rantai yang terputus. Penulis sengaja memisahkan artikel ini dengan sebelumnya agar dua topic menarik ini dapat diserap secara baik oleh pembaca yang budiman.
Ketika Anda membaca judul artikel ini tentu Anda bertanya apa hubungannya antara kata digital dengan tauhid. Hubungan digital dan tauhid dalam paparan artikel ini sangatlah erat dan tentu selesai Anda membaca artikel ini boleh jadi Anda tercengang.
Sebelum kita menuju pembahasan, ada baiknya Anda mengetahui istilah dari kata digital. Menurut Kamus Oxford Advanced Learner's Dictionary 7th Edition kata digital adalah using a system of receiving and sending information as a series of the numbers one and zero, showing that an electronic signal is there or is not there. Dari definisi di atas terdapat kalimat the numbers one and zero yang berarti angka 1 (satu) dan 0 (nol). Kedua angka inilah dalam istilah lain disebut binary yang dalam kamus yang sama memiliki definisi using only 0 and 1 as a system of numbers .
Era digital adalah era penggunaan angka 1 dan 0 dalam teknologi. Dan ini, jika Anda telah membaca artikel penulis sebelumnya Matematika . . . maka Anda tidaklah mengherankan jika Anda setuju dengan saya bahwa era digital adalah era Tauhid. Benarkah demikian?
Mari kita tinjau bersama untuk hal ini.
Seperti yang penulis sampaikan sebelumnya bahwa matematika sejatinya sangatlah bernilai tauhid dan ini langsung diajarkan oleh Allah kepada Nabi Adam. Konsep tunggal atau dinotasikan dengan angka satu merupakan konsep Tuhan yang Tunggal Mutlak yaitu Allah SWT. Kini dalam era digital ini konsep tauhid semakin terkukuhkan bahwa memang Allah SWT meliputi segala hal. Hasil karya era digital telah banyak menghasilkan teknologi canggih. Dengan bahasa sederhana sejatinya era digital membawa manusia ke era tauhid yaitu beriman kepada Allah SWT yang esa atau tunggal atau 1.
Jika digital dinotasikan dengan angka 1 dan 0, maka pertanyaannya adalah dimana era ini terkait dengan tauhid?
Pembaca yang budiman, sebelum pertanyaan di atas dijawab ada baiknya terlebih dahulu kita tinjau angka 0.
Angka 0 yang dinotasikan berupa bangunan bola atau lingkaran atau dalam bahasa Inggrisnya disebut sphere merupakan angka yang unik. Disebut unik karena angka 0 bukanlah negatif atau positif(baca selengkapnya di http://en.wikipedia.org/wiki/Zero ). Angka 0 yang disimbolkan dalam bentuk sphere juga menunjukkan "kesempurnaan bangunan" dalam ilmu geometri. Baca selengkapnya di http://en.wikipedia.org/wiki/Sphere
Kini mari saya bawa Anda ke matematika ala tauhid.
Angka 1 merupakan symbol dari keberadaan Allah SWT yang memang mutlak esa. Dan ini inti dari tauhid. Sementara angka 0 merupakan simbol dari sifat Allah SWT yang menunjukkan kesempurnaan Allah yang dalam Asmaul Husna. Seperti kita ketahui Asmaul Husna ada 99 nama. Dan ini bukan terbatas pada 99 nama saja, hanya Allah menyukai angka ganjil dan 99 hanyalah simbol tak terhingganya kekuasaan-Nya. Dari mana ketak terhingga ini didapatkan?
Jika angka 0 merupakan simbol sifat Allah, dan Asmaul Husna yang berjumlah 99 itu tiada lain adalah sifat Allah maka didapatkan 0 pangkat 99 yang menunjukkan ketak terhingga.
Dan seperti kita ketahui bahwa angka 10 merupakan angka sempurna. Begitupun angka 100 merupakan angka sempurna. Berapapun angka 0 di belakang dengan angka 1 di depan maka angka tersebut adalah angka sempurna. Dapat dibayangkan jika angka 0 ada 99 dengan angka 1 di depannya. Tiada kesempurnaan yang dapat menandingi angka tersebut. Ingat, angka 0 yang berjumlah 99 hanyalah menunjukkan begitu banyak sifat Allah dan bukan berarti terbatas hanya 99 saja.
Dari apa yang dipaparkan di atas, perpaduan antara 1 dan 0 atau sImbol eksistensi Allah dan sifatnya menunjukkan sebuah kesempurnaan yang maha sempurna. Tiada yang lain.
Kesimpulan awal adalah era digital yang menggunakan angka 1 dan 0 sebagai penanda era digital merupakan era tauhid. Tetapi cukupkah dikatakan demikian? Jika kita melihat apa yang dihasilkan dari era digital maka hal ini memiriskan hati karena era digital yang kita lihat bersama masih jauh dikaitkan dengan tauhid. Sebut saja yang sederhana penggunaan komputer. Berapa banyak di antara kita menggunakan komputer untuk menambah keimanan dan kekuatan tauhidnya. Jika kita tengok warnet-warnet yang ada, maka banyak umat Islam menggunakan komputer sebatas hiburan baik melalui chatting atau main game yang tiada manfaat untuk menambah imannya.
Belum lagi video mesum yang diunduh lalu disimpan di ponsel, era digital yang ada tampak masih jauh dari tauhid. Meski dalam beberapa hal sudah ada hasil teknologi digital yang mulai menunjang keimanan katakanlah software pendukung yang ditanam di ponsel untk mencari arah kiblat, lantunan azan sebagai pengingat sholat atau mp3 Al Quran dalam bentuk digital, tetapi jika melihat secara keseluruhan era digital masih dan harus terus dibawa ke arah tauhid.
Sebuah keniscayaan bahwa era digital merupakan era tauhid mengingat Allah berfirman dalam surat ke-41 ayat 53:
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ
الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ [٤١:٥٣]
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Sungguh, ayat di atas begitu dahsyat bagi siapa saja yang beriman maupun yang tidak beriman. Karena Allah sedang dan akan terus menunjukkan kebenaran Al Quran dan Nabi-Nya bahwa memang Islam itu benar adanya. Dan digital benar adanya menunjukkan kebenaran tauhid akan angka 1 dan 0. Allah Maha Benar dan Esa dengan mengunci mati angka 1 sebagai makna satu dan bukan yang lain dalam ilmu matematika.
Seharusnya, era digital membawa manusia minimal umat Islam ke era tauhid. Dan seharusnya kita pula umat muslim harus menguasai era digital karena digital identik dengan Islam. Dan karena kita pernah jaya dalam teknologi di masa sebelum ini. Kita jauh tertinggal dalam era digital karena umat Islam pernah meninggalkan nilai-nilai tauhid di masa kejayaan terutama di tanah Spanyol.
Era digital masih dan terus bergerak maju, sementara umat Islam hanya sebatas sebagi pengguna yang sering pula masih menggunakan hasil teknologi era digital tersebut jauh dari keimanan tauhid. Sudah saatnya generasi digital mengusung nilai tauhid dalam teknoligi era digital. Bagaimana pendapat Anda?