Bab 7: Lahirnya nama Yahudi untuk Bani Israel
Peta kerajaan Judah (Yahuda) dan Israel
Pasca wafatnya Nabi Sulaiman pada 931 sM, Rehoboam, salah satu putranya, nak tahta untuk menjadi raja. Ketika ia menjadi raja, para tetuah Israel menjumpainya untuk menuntut ganti rugi atas keluhan-keluhan politis dan religius. Dan sang juru bicara mereka adalah Jeroboam, seorang jenderal Israel yang telah kembali dari pengasingannya di Mesir karena melarikan dari kegagalan kudeta atas kekuasaan pemerintahan Nabi Sulaiman.
Rehoboam menolak mendengarkan suara konsiliasi dan moderat. Sebaliknya, ia mengirimkan angkatan bersenjata melawan Israel namun ia kalah telak. Kekalahan ini dimanfaatkan oleh Jeroboam untuk membentuk kerajaan baru, kerajaan Israel.
Pecahlah kerajaan yang telah dirintis oleh Nabi Daud hingga Nabi Sulaiman menjadi dua kerajaan baru: Judah (Yahuda)dengan rajanya Rehoboam di wilayah Selatan dengan ibu kotanya Jerusalem dan Israel di wilayah Utara dengan ibu kotanya Syakem dan rajanya adalah Jeroboam.
Kerajaan Judah didukung oleh dua suku dari bani Israel sementara kerajaan Israel didukung oleh 10 suku. Perpecahan ini terus berlangsung hingga 100 tahun lamanya.
Kerajaan Israel merupakan kerajaan yang rawan di mana penguasanya rata-rata hanya mampu bertahan selama 11 tahun. Semuanya, ada 9 dinasti, jatuh-bangun sepanjang 212 tahun periode monarki. Dan bahkan ada satu dinasti saja yang mampu bertahan hanya dalam waktu 7 hari. Hanya sedikit dari kesembilan raja yang menempati tahta wafat karena sebab-sebab alamiah, sakit atau tua.
Sejarah kerajaan Judah tak kalah riuhnya. 20 raja memegang kekuasaan rata-rata bertahan selama 17 tahun; akan tetapi semuanya dari dinasti yang sama.
Dengan pecahnya kerajaan Palestina ini, maka musuh-musuh Bani Israel di masa Nabi Sulaiman bersiap-siap untuk menaklukkan mereka. Dalam diri Bani Israel sendiri mulailah pula kerusakan secara sosial dan religius terjadi. Mereka mulai melupakan ajaran-ajaran dari Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa serta beberapa petunjuk dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiaman.
Bahkan ada sekelompok Bani Israel yang masih percaya kepada ilmu sihir Mesir kuno mulai berani tampil. Dan mereka mengklaim bahwa ilmu sihir ini legal secara hukum Taurat karena Nabi Sulaiman memiliki tentara dari bangsa Jin yang menurut mereka adalah tidak mungkin seorang manusia dapat memerintah bangsa Jin jika tidak memiliki ilmu sihir. Inilah yang disinggung oleh Allah dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 102. Dan mereka ini yang mempelajari ilmu sihir ini menyampaikannya secara lisan dan sembunyi-sembunyi karena setelah kejadian yang menimpa Samiri dengan patung anak sapi emasnya ilmu sihir ini harus disampaikan secara rahasia.
Kepercayaan ilmu sihir dengan penyampaian secara lisan inilah kemudian disebut dengan Kabbalah. Kabbalah sendiri berarti "secara lisan". Dan ilmu sihir ini terus diwarisikan secara rapi dan rahasia hingga wafatnya Nabi Sulaiman mereka mulai berani tampil secara terang-terangan (nanti pada artikel-artikel selanjutnya penulis akan mengungkap the unveiled kabbalah, sebuah buku yang membahas tentang kabbalah dan isinya)
Simbol kabbalah yang dinisbatkan pada kejayaan negara Israel
Tidak hanya penggunaan ilmu sihir saja, tetapi the ten commandement pun mulai mereka tidak jalani. Akibatnya, mereka mulai pecah secara religius dan sosial hingga dua kerajaan kecil berdiri di tengah-tengah musuh yang siap menyerang mereka.
Pada 721 sM, bangsa Assyria menaklukkan kerajaan Israel. Tinggalah kerajaan Judah bertahan hingga pada 586 sM bangsa Babilonia menyerang dan menghancurkan kerajaan Judah beserta masjid yang dibangun oleh Nabi Sulaiman.
Kerajaan Israel yang jatuh ke tangan Assyria ini membuat gatal bagi kerajaan Mesir hanya sebagai penonton saja. Padahal mereka tahu kalau tanah Palestina adalah daerah yang strategis. Maka pada 608 datanglah Fir'aun dari Mesir untuk menyerang kerajaan Judah dan selanjutnya menyerang ke wilayah Utara bekas kerajaan Israel yang telah dicaplok lebih dahulu oleh Assyria.
Perang hebat terjadi antara Mesir dan Assyria sedangkan Bani Israel hanya sebagai tumbal besarnya. Ibarat dua gajah besar yang bertarung maka sang pelanduk yang menerima akibatnya.
Melihat Mesir menyerang Assyria, Raja Nebukhanedzar dari kerajaan Babilonia tidak bisa berpangku tangan mengingat kerajaannya telah memiliki hubungan baik dengan kerajaan Assyria. Maka perang besar pun tidak terelakkan.
Bani Israel yang telah dicaplok oleh Assyria kemudian diserang lagi oleh bangsa Mesir kemudian bangsa Babilonia merasa bahwa semuanya tidak ada yang baik bagi mereka. Sekali dijajah tetaplah mereka bukan tuan rumah bagi tanah mereka sendiri.
Dapat Anda bayangkan bagaimana mereka dijajah secara beruntun oleh tiga bangsa besar di zamannya tersebut : Assyria, Mesir dan Babilonia. Tetapi inilah janji Allah. Ingat bacalah kembali artikel sebelumnya. Bani Israel akan terhina jika mereka tidak melaksanakan janji Allah dalam Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa as.
Pada penjajahan bangsa Babilonia inilah mereka mulai mengenal apa yang dinamakan diaspora. Diaspora adalah istilah di mana Bnai Israel mulai berpencar di mana-mana tanpa memiliki tanah sendiri. Mereka hanya dianggap sebagai pendatang saja. Inilah janji Allah seperti yang disebutkan dalam Taurat dan Al Qur'an.
Nebukhanedzar lalu membunuh raja terakhir dari kerajaan Judah Shidqiya bin Yawaqem, meruntuhkan masjid, menawan para penduduknya dan membawanya ke Babilonia.
patung raja Nebukhanedzar
Babilonia adalah sebuah kerajaan dengan agama pagan sebagai agama utama. Di negeri baru ini Bani Israel pun mulai tercemar dengan ide-ide baru dari kebudayaan Babbilonia ini. Kehancuran Palestina dengan segala kepercayaan mereka, masjid dan hilangnya tabut, tempat menyimpan Taurat Nabi Musa, membuat mereka mulai mencari jati diri baru agar nilai-nilai Taurat tidak hilang di negeri orang. Mulailah mereka menyusun Taurat yang telah hilang dicabik-cabik semenjak diserang Assyria.
Pada tahun 538 sM, bangsa Persia tampil di muka bumi ini dengah gagahnya menaklukkan kerajaan Babilonia. Dengan sang raja Cyrus, bangsa Persia dari ras Arya ini membawa nasib baru bagi Bani Israel.
ilustrasi Cyrus The Great
Tidak ada bendanya dengan bangsa Babilonia, kerajaan Persia pun beragama pagan. Sebuah kepercayaan sangat bertentangan dengan keyakinan yang dibawa oleh Nabi Musa.
Karena Bani Israel memiliki kepercayaan yang berbeda dan mereka ada yang tetap bertahan pada keyakinannya ini maka bangsa Persia menyebut mereka sebagai bangsa Yahudi, sebuah nama yang dinisbatkan dari Yahuda. Sejak saat itu bergantilah penyebutan mereka dari Bani Israel menjadi Yahudi, sebuah nama untuk ras dan sekaligus agama (keyakinan).
Dan nama Yahudi ini khas bagi mereka di zaman tersebut karena mengingat pada masa tersebut pada umumnya bagsa-bangsa lain memiliki keyakinan pagan (percaya pada dewa-dewa) sementara Bani Israel hanya percaya pada satu Tuhan (monoteis).
Nama Yahudi adalah sebuah nama untuk ras sekaligus agama. Dan ini satu-satunya yang ada di dunia. Sebagaimana kita ketahui agama Islam diamanatkan kepada Nabi Muhammad dari bangsa Arab, tetapi nama Arab hanya untuk penyebutan bangsa dan tidak ada agama Arab. Demikian halnya dengan agama Nasrani, Hindu dan Budhha. Tetapi Yahudi adalah unik. Ras sekaligus agama dari satu nama.
Bagaimana nasib bangsa Yahudi ini selanjutnya? Ikuti terus artikel ini jangan sampai Anda lewatkan
penulis mohon maaf bila artikel ini terbitnya sedikit lebih lama dari biasanya. Hal ini dikarenakan penulis sibuk pada kegiatan di kantor. Sekali lagi mohon maaf untuk semua pengunjung setia blog ini. Thanks for your visiting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar