Terima Kasih kepada Anda yang telah membaca artikel penulis sebelumnya dan berharap agar artikel ini diterbitkan. Penulis mohon maaf karena kesibukan di kantor menyebabkan baru kali ini penulis menerbitkan kepada Anda, pembaca yang budiman, artikel berseri ini. Selamat membaca dan selamat ber-aha eureka!
Dalam tulisan sebelumnya, ada pernyataan begini: Toh tanpa sholat lima waktu saya merasa tentram dan hidup saya pun berpikir dengan baik dan bersikap tenang, untuk apa saya harus capek-capek melakukan sholat!
Pembaca yang budiman bersiaplah untuk menemukan jawaban dahsyat untuk pernyataan di atas. Bacalah ayat berikut ini:
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ {27} ارْجِعِي إِلىَ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَةً {28} فَادْخُلِي فيِ عِبَادِي {29} وَادْخُلِي جَنَّتِي {30}
Hai jiwa yang tenang. (QS. 89:27)
Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. (QS. 89:28)
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, (QS. 89:29)
dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. 89:30)
Secara sederhana ayat di atas membantah pernyataan bahwa orang-orang yang hidup tenang dalam keadaan alfa selama di dunia tapi tidak melalui jalan seperti apa yang penulis paparkan sebelumnya maka keadaan alfanya hanya selama keberadaanya di dunia saja, tetapi di akhirat nanti dulu. Hanya orang-orang yang melalui tahapan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saja maka keadaan alfanya di dunia dan akhirat. Mengapa demikian?
Jika Anda membaca ayat di atas maka ayat tersebut memanggil dengan mesra orang-orang yang dalam keadaan alfa/tenang di akhirat bukan di dunia. Dengan demikian jika Anda sholat dengan baik maka Anda akan meraih keadaan alfa dunia dan akhirat. Yang perlu diingat adalah keadaan alfa di akhirat ini hanya masing-masing kita yang akan mengetahuinya, dan ini terjadi pada saat bagaimana keadaan ruh kita dijemput oleh malaikat maut. Apakah ruh kita dalam keadaan alfa atau tidak. Dan Andalah yang mulai berkarya untuk menuju ke sana mulai saat ini juga.
Ayat di atas juga sebagai jawaban bantahan untuk orang-orang yang berpahaman iling yang hanya sekedar mengingat Tuhan tetapi tanpa melalui sholat. Dan ayat ini juga menjadi bantahan bagi yang melakukan teknik yoga sebagai jalan menuju keadaan alfa sementara ia adalah muslim. Bagi seorang muslim cukuplah dengan sholat dan zikir ajaran Rasulullah sebagai jalan menuju keadaan alfa, dan bukan dengan teknik yang lain. Jika Anda mengunjugi situs www.superbrainyoga.org maka Anda akan diantar bagaimana membuat otak Anda menjadi powerful melalui teknik yoga. Boleh jadi benar melalui teknik yoga kita sampai ke keadaan alfa yang hebat tetapi untuk mencapai keadaan alfa di akhirat nanti dulu. Yoga, meski saat ini dipoles hanya merupakan gerakan tubuh seperti olahraga, adalah ritual khusus agama Hindu untuk menuju Moksa.
Yoga, olah tubuh ala agama Hindu
Kembali permasalahan sholat, pada saat ini banyak sekolah-sekolah yang mulai tergiur dengan teknik mind-mappingI dalam metode pembelajaran. Penulis sebagai praktisi pendidikan juga mendapatkan hal yang sama di institusi penulis sendiri. Apa yang didapatkan oleh penulis di institusi adalah melalui buku karya Adam Khoo “I am Gifted So Are You!” ini member motivasi bahwa seseorang itu memiliki bakat yang terpendam. Dan Adam Khoo juga mengupas sedikit bagaimana powerfulnya otak kita. Dengan teknik mind-mapping sebagai metode belajar sistem hapalan, Adam Khoo memberi model mid-mapping¬-nya sesuai karya Tony Buzan.
Dalam buku tersebut disebutkan betapa supernya otak kita untuk menghapal sesuatu. Saat itu di institusi penulis diadakan pelatihan akan hal ini, dan kami mencoba untuk mengingat kembali apa yang kami pelajari. Dan selanjutnya dari ucapan pelatih, ia mengatakan bahwa Tony Buzan memiliki daya ingat yang luar biasa dalam menghapal sekitar 100 identitas mahasiswanya. Dan ini contoh bagaimana teknik ini begitu hebat untuk membantu seseorang mengingat sesuatu.
Sampai di sini, ketika penulis mendapatkan waktu untuk berbicara, penulis menceritakan bagaimana powerful-nya daya ingat para imam besar umat Islam seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Syafii dan yang lain-lain dalam menghapal hadits. Penulis mengambil contoh bagaimana powerful-nya Imam Bukhari dalam menghapal ribuan hadits Nabi. Dan ketika beliau diuji oleh para ulama akan hapalannya, yang menjadi luar biasa adalah beliau mampu membetulkan letak kalimat-kalimat hadits (matan hadits) meski diacak oleh para ulama, dan ini ribuan hadits yang diacak untuk mengetes beliau sampai seberapa baik daya ingatnya. Fantastisnya, Imam Bukhari mampu memperbaiki semua matan hadits yang telah diacak tadi oleh para ulama tadi meski jumlah hadits yang dites ribuan.
Apa yang dialami oleh Imam Bukhari dalam daya ingat yang luar biasa juga dialami oleh Imam Muslim. Berbeda dengan Imam Syafii yang secara tradisional adalah berbangsa Arab yang memiliki kemampuan hapalan secara turun temurun melalui cerita lisan baik itu silsilah keluarga atau cerita rakyat, maka Imam Bukhari tidak demikian. Imam Bukhari lahir bukan dari bangsa Arab, tapi memiliki daya ingat yang luar biasa. Adapun Imam Syafii, secara sosiologi beliau memiliki kemampuan daya ingat hebat ditambah lagi dengan kebersihan hati dan keajegkan beliau berinteraksi dengan Al Qur’an maka menjadikan beliau Imam yang disegani.
Ini semua berawal dari keadaan alfa mereka yang powerful yaitu sholat dan zikir yang lain seperti membaca Al Qur’an dan puasa. Dengan powerful zikir ini menghadirkan kepada kita bagaimana prestasi berkarya mereka baik melalui hadits maupun tafsir hingga hari ini.
Kembali ke teknik mind-mapping yang memberi metode belajar dengan daya ingat, sebenarnya kalau para siswa semenjak dini didik untuk selalu membaca dan menghapalkan Al Qur’an maka daya ingat mereka sangat powerful dan tidak perlu lagi membutuhkan teknik mind-mapping untuk mengingat sesuatu. Hal ini sudah terbukti oleh banyak ilmuwan muslim masa lalu yang jauh masa hidupnya dengan Tony Buzan.
Kembali ke masalah sholat. Dalam sholat ada istilah untuk melakukan gerakan sholat dengan tumaninah. Sebenarnya kata ini berarti dengan tenang. Artinya jika kita telah melakukan sholat tapi dengan tidak tumaninah maka sholat kita belum sampai ke perwujudan tumaninah atau dalam keadaan alfa. Ini sebabnya pula dalam sholat kita benar-benar membaca do’a dengan tenang, gerakan dengan tenang, membaca ayat dengan tenang. Jika apa yang kita lihat tradisi sholat tarawih selama ini dengan 23 rakaat banyak yang melakukannya dengan cepat dan cenderung untuk tidak tumaninah. Ibarat mengejar target jam sekian harus sudah selesai 23 rakaat sholat tarawin tersebut. Akibatnya adalah selepas bulan Ramadhan maka efek dahsyat dari sholat pun belum tampak karena sholat yang tidak tumaninah tadi. Efek dahsyat dari sholat selain keadaan alfa adalah mencegah seseorang untuk menuju ketidak-tenangan sosial yaitu amar ma’ruf nahi munkar: Al Ankabuut 45
إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan kei dan munkar.
Sholat (lima waktu) merupakan satu-satunya ibadah wajib yang harus dikerjakan selama otak kita sadar, meski anggota tubuh yang lain sudah tidak berfungsi. Jika seseorang tidak bisa sholat dengan berdiri maka ia diperbolehkan duduk, jika tidak bisa duduk maka berbaring, jika terbaring semua anggota tubuh tidak berfungsi untuk digerakkan maka dalam hati dan inilah tingkat terakhir untuk mengerjakan sholat demi perwujudan kita sebagai hamba Allah. Dan ini juga menyatakan bahwa otak kita benar-benar sebagai pusat kesadaran untuk beribadah untuk meraih keadaan alfa dunia – akhirat.
Tetap sholat selalu meski di atas padang pasir
Pembaca yang budiman, otak sebagai makhluk Allah yang hebat ini juga diisyaratkan sebagai mahkota manusia. Ia berada di paling atas dari anggota tubuh kita. Begitu terhormatnya otak ini maka manusia yang telah jadi mayat pun ketika disholatkan maka posisi imam harus berada di bagian kepala sang mayat. Ini menunjukkan sebagai penghormatan manusia atas kehebatan dirinya melalui otak. Sementara untuk wanita posisi imam berada di bagian perut menunjukkan penghormatan posisi wanita atas rahimnya yang penuh dengan kasih sayang.
Otak kita benar-benar hebat
Itu sebabnya manusia harus sholat dan sujud kepada Allah agar posisi kepalanya yang tadinya di posisi teratas harus menjadi posisi terbawah ketika sedang sujud. Ini menunjukkan tiada artinya otak manusia ini dihadapan penciptanya yaitu Allah subhanuwatalla. Dan dalam haji pun umat Islam harus mencukur rambutnya sebagai perwujudan “mahkota” kepala harus “diruntuhkan” demi perwujudan hamba yang sempurna setelah melakukan rangkaian ibadah haji.
Sekali lagi, meski di Barat ada teknik belajar cepat dengan mengoptimalkan kemampuan otak (bagian kanan terutama) dengan mind-mapping sejatinya umat Islam telah memiliki bekal hebat melalui sholat dan Al Qur’an. Dengan demikian kita akan selalu diberi “sesuatu” oleh Allah ketika kita menghadapi masalah yang belum terjawab dalam pengetahuan dengan seruan klasik ala Archirmedes: Aha Eureka!
Jika Ibnu Sina bisa kenapa kita tidak bisa? Lebih rendah lagi, jika Tony Buzan bisa mengapa kita tidak lebih baik dari dia? Jika Tony Buzan tidak sholat dan membaca Al Qur’an bisa mengapa kita tidak bisa? Jika Archimedes seorang pagan bisa mengapa kita tidak bisa ber-aha eureka?
Anda bisa dan pasti bisa dan juga saya. Kuncinya adalah mengoptimalkan otak kita dengan sholat dan Al Qur’an maka aha eureka! Akan hadir di otak kita. Sebagai penutup mari kita renungkan kalimat indah dari Imam Syafii yang beliau dapatkan dari gurunya, Waqi’:
Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.
Semoga ini bermanfat untuk saya dan Anda. Terima kasih, Allahu Akbar! Selamat ber-aha eureka! Selalu!
(Artikel ini akan berlanjut tentang puasa dan fenomena aha eureka!. Selamat menunggu)